Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI. Tampilkan semua postingan

Penilaian Diri Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Teknik Penilaian Diri Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar


C.      Penilaian Diri Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran bahasa Inggris seperti diketahui mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu aspek berbicara (speaking), aspek menyimak (listening), aspek membaca (reading) dan aspek menulis (writing). Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sebagaimana dinyatakan oleh Depdiknas (2006, hal. 11) bertujuan sebagai berikut:
(1)mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompaying action) dalam konteks sekolah. (2) memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global

Sejalan dengan pernyataan tersebut, pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar memiliki tujuan agar siswa mampu melakukan komunikasi dasar. Komunikasi dasar tersebut berupa berbicara tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar, kemudian dapat mengerti serta merespon instruksi sederhana menggunakan bahasa Inggris. Tidak hanya itu, siswa diharapkan turut serta berperan aktif dalam topik pembicaraan sehari-hari (Harun C.A, dkk, 2007). Adapun tujuan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar menurut Pinter (Harun C.A, dkk, 2007) antara lain :
a.    Mengembangkan dasar kemampuan berkomunikasi siswa dalam bahasa Inggris.
b.    Merangsang rasa senang dan motivasi diri
c.    Media untuk memperkenalkan tentang kebudayaan lain
d.   Mengembangkan kemampuan kognitif siswa
e.    Mengembangkan kesadaran metalinguistic siswa
f.     Merangsang siswa untuk dapat belajar bagaimana cara belajar (learning to learn)

Sejalan dengan tujuan tersebut, penilaian diri dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat membantu siswa untuk mengerti mengenai proses pembelajaran bahasa dan menjadikan siswa lebih mandiri dalam pembelajaran (Cameron, 2003). Keuntungan dari penilaian diri sangat mudah untuk dinyatakan, tetapi membutuhkan sedikit pemikiran dalam penggunaannya untuk siswa dalam belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Posisi bahasa Inggris bagi siswa sekolah dasar di Indonesia adalah sebagai bahasa asing. Kebanyakan siswa memiliki bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
Mengingat pentingnya penggunaan bahasa Inggris di sekolah dasar mengindikasikan perlu adanya penggunaan alat penilaian yang akan mendorong siswa untuk meningkatkan kompetensi belajar. Seiring dengan begitu banyak menfaat penilaian diri sebagai alat penilaian non tes, berikut dipaparkan mengenai penilaian diri dalam empat aspek keterampilan berbahasa.
1.        Berbicara (Speaking)
Penilaian dalam pembelajaran berbicara (speaking) bertujuan “should focus on a students ability to interpret and convey meaning authentic in interactive contexts (O’Malley dan LV Pierce, 2006, hlm 61).” Tahap esensial dalam mempersiapkan penilaian pembelajaran berbicara (speaking) adalah merencanakan bagaimana siswa terlibat aktif dalam penilaian diri. Format penilaian diri dalam pembelajaran berbicara (speaking) dapat bervariasi, hal ini tergantung pada usia, kemahiran berbahasa asing dan keterampilan membaca siswa. Format lembar penilaian diri dapat berupa pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, pernyataan siswa, daftar tanda ceklis, rating scales, dan learning logs (O’Malley dan LV Pierce, 2006). Berikut contoh format penilaian diri dalam kemampuan berbicara (speaking).

Self-Assessment of Speaking Abiliy
Name :
Part 1 : Place an X on each line to
show how much you agree or disagree.
Agree
Disagree
This week I used English
to talk with _______________________
1.      I think that I was successful        
2.      The person I spoke to  understoodd me
3.      I felt comfortable speaking with another person in English
4.      I understood everything that this person said to me
5.      I could do this again with no problem



Part 2 : Complete the sentences below.
1.      When someone doesn’t understand me, I_________________________
2.      When I don’t understand someone, I ___________________________
3.      Now I know_______________________________________________

Gambar 2.1
 Self-Assessment of Speaking Abiliy (O’Malley and Valdez Pierce , 2006, hal. 74).

Format tersebut hanya sebagai acuan bagi guru yang kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan pembelajaran yang telah atau sedang dilaksanakan di sekolah dasar.
2.        Menyimak (Listening)
Menyimak termasuk ke dalam aspek keterampilan berbahsa ragam lisan dan bersifat reseptif (Tarigan, 2008, hal. 3). Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008, hal 8) mengemukakan bahwa “menyimak merupakan proses individu untuk mendengarkan, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan.” Menjadikan siswa terlibat aktif dalam penilaian kemampuan menyimak akan menjadikan siswa dalam terampil dalam mengembangkan dan menggambarkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak dan menyadari cara berinteraksi dengan orang lain (Grugeon, dkk. 2005). Berikut contoh format lembar penilaian diri dalam keterampilan menyimak :
This week i have tried speak and listened to :

Week 1
Week 2
Week 3
Week 4
Listen carefully




People in my class




Other children




Other school staf




Teacher




Visitors




Gambar 2.2
Self assessment listening
(Grugeon, et al. Teaching Speaking and Listening at Primary School, 2005, hal. 140)

Format tersebut hanya sebagai acuan bagi guru yang kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan pembelajaran yang telah atau sedang dilaksanakan.
3.        Menulis (Writing)
Penilaian diri dalam pembelajaran menulis (writing) bertujuan untuk mendorong siswa dalam merefleksikan dirinya terhadap kemampuan menulis siswa. Penilaian diri mendorong siswa untuk berfikir tentang tujuan dari mengapa siswa belajar menulis, dan untuk mengetahui apa dan bagaimana mereka belajar. Terdapat empat cara yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan penilaian diri dalam pembelajaran menulis, yaitu dialogue journals, learning logs, self assessment of interests and writing awareness and checklists of writing skills (O’Malley dan LV Pierce, 2006). Berikut contoh format lembar penilaian diri dalam keterampilan menulis :

Self Assessment of Writing Strategies
Name : ______________________________   Date : ______________________
Check one box for each statement
Yes
No
Before Writing
1.      I talked to a friend or partner about the topic
1.      I made a list of ideas on the topic
2.      I made an outline or semantic map


During Writing
1.      I skipped words I didn’t know and went back to them later
2.      I substitude a word from my own language
3.      I used drawing or pictures in my writing


After writing
1.      I checked to see if the writing met my purposes
2.      I reread to see if it made sense
3.      I added information or took out information
4.      I edited for spelling, punctuation, capitals and grammar


Gambar 3.3
Self Assessment of Writing Strategies. (O’Malley and Valdez Pierce, 2006, hal. 157).

4.        Membaca (Reading)
Penilaian diri dalam pembelajaran membaca (reading) sebagaimana dinyatakan oleh Routman (dalam O’Malley dan L.V Pierce, 2006, hal. 100) bahwa “Self assessment, while not graded by the teacher, helps both teacher and student become aware of student’s attitudes, strengths, and weaknesses in reading.” Routman menjelaskan bahwa penilaian diri membantu guru dan siswa untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan siswa dalam membaca. Selain itu, penilaian diri dalam membaca dapat mendorong siswa menjadi pebelajar mandiri.
Sebelum melaksanakan penilaian diri pembelajaran membaca dalam bentuk format yang sudah disediakan oleh guru, guru dapat memberikan pertanyaan terhadap seluruh siswa di dalam kelas. Adapun contoh pertanyaannya adalah sebagai berikut:
a.      What have you learned about reading in this class?
b.      How do you feel about reading?
Selanjutnya, guru dapat menggunakan berbagai macam format, diantaranya checklists, rating scale, scoring rubrics, question/answer, sentence completion, learning logs, and reflection logs. Dalam membuat format penilaian diri dalam pembelajaran membaca, guru harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa dalam membaca (O’Malley dan L.V Pierce, 2006). Adapun contoh format penilaian diri dalam pembelajaran membaca (reading) dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :
Self-assessment reading survey
Name :
1.      Do you like read?


2.      What kind of stories/books do you like read?


3.      What book are you reading now?


4.      How do good readers read?


5.      What do you need to do to b a better reader?



Gambar 2.4
Self-assessment reading survey (O’Malley and Valdez Pierce, 2006, hlm 103).

Self- assessment of reading activities
 Name
Read each statement. Put a check () in the box is most true for you.
Statement
Most Of the Time
Sometimes
Not very Often
I like to read



I read at home



I read different kinds of books



I read easy books



I read difficult books



I read books that are just right



I talk with my friends about books i have read



I write about books i have read



Gambar 2.5
Self- assessment of reading activities (O’Malley and Valdez Pierce, 2005, hlm. 104).

Format tersebut hanya sebagai acuan bagi guru yang kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan pembelajaran yang telah atau sedang dilaksanakan.

Penilaian Diri Dalam Teknik Penilaian Diri Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar


B.      Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang melibatkan siswa dalam pelaksanaannya. Siswa diminta untuk menilai kemampuan dirinya berkenaan dengan tingkat pencapaian kompetensi yang telah dipelajari dalam suatu mata pelajaran (Poerwanti, 2008; Jihad A dan Abdul H,2013). O’Malley JM dan LV Pierce (2006, hal. 237) menyebutkan bahwa penilaian diri “is appraisal by a student of his or her own work or learning processes.” Dari pernyataan tersebut dapat difahami bahwa penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh siswa terhadap pekerjaannya atau terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Bagaimana kedudukan penilaian diri dalam pembelajaran? Penilaian diri merupakan unsur kunci dalam penilaian autentik. Dalam hal ini siswa belajar mengatur diri sendiri. Penilaian diri menjadikan siswa terlibat secara langsung dalam belajar serta mengintegrasikan kemampuan kognitif dengan motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran. “Dengan melaksanakan penilaian diri, siswa dapat membuat pilihan dalam merencanakan bagaimana mengoptimalkan sumber daya mereka.” (O’Malley JM dan LV Pierce ,2006, hal. 41).
Menurut Cameron (2003), melalui penilaian diri dalam pembelajaran siswa dapat :
a.         Siswa akan mengerti mengenai proses pembelajaran, yaitu dengan melibatkan siswa secara langsung dalam menilai diri terhadap sejauh mana kompetensi yang telah dicapai.
b.        Siswa akan termotivasi untuk lebih terlibat  dalam pembelajaran. Siswa menjadi percaya diri, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai kompetensi diri yang telah dicapai.
c.         Guru akan lebih mengerti tentang murid secara individual. Hasil penilaian diri dapat dijadikan bahan bagi guru untuk lebih mengenal karakteristik setiap siswa di kelas.
d.        Siswa akan lebih mempersiapkan untuk menerima pembelajaran, karena acuan dari penilaian diri adalah siswa mampu menilai sejauh mana kompetensi yang dicapai dalam pembelajaran.
e.         Hubungan yang seimbang tercipta antara guru dan siswa.
Selain beberapa manfaat penilaian diri yang telah disebutkan, penggunaan teknik penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian siswa (Poerwanti, 2008; Jihad A dan Abdul H, 201 ), yaitu sebagai berikut :
a.         Dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Dalam hal ini, rasa percaya diri tumbuh karena siswa mendapat kepercayaan untuk menilai kompetensi diri yang telah dicapai berdasarkan kriteria atau aspek yang telah ditentukan.
b.        Siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketika siswa melakukan penilaian siswa melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
c.         Dapat mendorong, membiasakan dan melatih siswa untuk berbuat jujur. Karena penilaian diri memfasilitasi siswa untuk bersikap jujur dan objektif.
Dilihat dari segi manfaat penilaian diri, maka penilaian diri dikategorikan penting. Siswa membutuhkan dukungan untuk mengerti mengenai pentingnya penilaian diri, menjadi penilai yang mandiri terhadap kekuatan dan kekurangan yang dimiliki, dan mengatur tujuan untuk pembelajaran yang akan datang O’Malley dan LV Pierce (2006). Lebih lanjut O’Malley dan LV Pierce (2006, hal. 52) menyatakan bahwa “guru dapat mengetahui bahwa ketika murid aktif terlibat dalam pelaksanaan penilain diri, mereka menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran.”
Terdapat tiga jenis penilaian diri (Poerwanti, 2008; Jihad A dan Abdul H, 2013), yaitu sebagai berikut :
a.         Penilaian langsung dan spesifik
Jenis penilaian diri ini dilaksanakan secara langsung pada akhir pembelajaran atau setelah siswa selesai melaksanakan tugas tertentu. Ini bertujuan untuk menilai aspek-aspek dalam kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
b.        Penilaian tidak langsung atau holistik
Jenis penilaian diri ini dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, misalnya dalam kurun waktu satu semester pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan penilaian secara keseluruhan.
c.         Penilaian sosio afektif atau emosional
Jenis penilaian diri ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sosio afektif dan emosional siswa. Misalnya guru dapat meminta siswa untuk membuat tulisan berisikan pengalaman siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dalam melaksanakan penilaian diri di kelas, guru dapat menggunakan lembar penilaian diri. Lembar penilaian diri anak merupakan suatu instrumen penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan perilaku anak sebagai suatu proses refleksi berdasarkan apa yang dirasakan dan dialami ketika pembelajaran (Kesurna dkk, 2012). Akan tetapi, guru sebaiknya tidak membuat lembar penilaian diri sebagai kategori yang terpisah, karena harus melibatkan semua jenis penilaian yang teridentifikasi, pernyataan ini berkaitan dengan jenis penilaian diri tidak langsung atau holistik (O’Malley dan LV Pierce, 2006).
Adapun yang merupakan tujuan utama dari pelaksanaan penilaian diri adalah untuk mendukung dan memperbaiki proses dan hasil belajar dan tidak dijadikan alat penilaian utama dalam menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berdasar pada kecenderungan subjektifitas siswa dalam menilai dirinya sendiri (Poerwanti, 2008). Oleh karena kecenderungan siswa akan menilai diri terlalu tinggi dan subjektif, penilaian diri harus dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif (Poerwanti, 2008; Jihad A dan Abdul H, 2013). Adapun dalam pelaksanaan penilaian diri oleh siswa di kelas dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.         Menjelaskan kepada siswa tujuan penilaian diri
Pada tahap ini, guru memberikan pengarahan kepada siswa mengenai apa penilaian diri serta mengapa penilaian diri dilaksanakan. Sehingga siswa lebih memahami mengenai apa yang dimaksud dengan penilaian diri.
b.        Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai
Guru menentukan kompetensi yang akan dinilai. Jika yang dilaksanakan adalah penilaian langsung, maka guru menentukan kompetensi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c.         Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
Guru menentukan kriteria yang akan digunakan, hal ini berkaitan dengan format yang akan digunakan.
d.        Merumuskan format penilaian, dapat berupa pendoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian (rating scale).
e.         Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri sesuai format yang diberikan guru. Guru memberikan pengertian kepada siswa untuk bersikap jujur apa adanya sesuai kriteria yang ditentukan pada format penilaian.
f.         Guru mengkaji hasil penilaian untuk mendorong siswa supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
g.        Guru memberikan tindak lanjut berupa umpan balik (feed back) dari hasil penilaian.
Meskipun demikian, apabila guru baru melakukan penilaian diri pada siswa, guru harus memulainya secara bertahap, sedikit demi sedikit. Ini dimulai dengan satu penilaian pada suatu waktu dan secara bertahap merancang suatu  pendekatan penilaian diri dan teknik yang cocok digunakan sesuai karakteristik siswa dan pembelajaran yang dilaksanakan.
Terdapat hal penting yang menjadi dasar dalam pelaksanaan penilaian diri. Bahwasanya “penilaian diri bukanlah formulir atau daftar nama” (O’Malley JP dan Valdez P, 2006, hal. 54). Hal ini mengandung makna bahwa penilaian diri dapat dilaksanakan tanpa menggunakan suatu format penilaian. Penggunaan format peniliaian diri bertujuan supaya pelaksanaan penilaian diri objektif dan tidak berdasar pada subjektifitas siswa.
Dengan melaksanakan penilaian diri guru telah memberikan pemahaman kepada siswa bahwa penilaian diri merupakan suatu strategi yang dapat mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri (Poerwanti, 2008). Seperti diberi kesempatan untuk menilai kompetensi diri sehingga guru bisa memberikan feed back terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (O’Malley dan LV Pierce, 1996). Dengan melibatkan siswa kedalam kegiatan penilaian diri, siswa belajar untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan yang dimilki terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan. Guru dapat menjadikan kelemahan yang dimilki siswa sebagai bahan introspeksi untuk perbaikan proses pembelajaran. (Poerwanti, 2008; Wortham, 2006; O’Malley dan LV Pierce, 1996).

HAKIKAT PENILAIAN DALAM TEKNIK PENILAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR

 BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Hakikat Penilaian
1.        Pengertian Penilaian
Dalam pendidikan, terdapat banyak dimensi penting dan harus diperhatikan oleh setiap insan yang berperan aktif di dalamnya, terutama guru selaku pendidik yang memegang peran sentral dalam dunia pendidikan. Hatta M  dan Sumarna S (2006, hlm. 1) mengemukakan bahwasanya “terdapat tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian.” Ketiga dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam mendukung efektifitas proses pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwasanya kurikulum merupakan panduan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan dalam pelaksanaan proses pembelajaran terdapat satu dimensi yang penting yaitu penilaian. Kegiatan penilaian salah satu faktor penunjang efektifitas kegiatan pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Hatta M  dan Sumarna S (2006, hlm. 195) bahwa “kegiatan penilaian yang efektif akan menjadikan pembelajaran efektif pula.” Sejalan dengan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Berkenaan dengan penilaian, guru sebagai pelaksana utama dituntut untuk memiliki tiga kemampuan pokok dalam pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Gagne (dalam Poerwanti, 2008, hal. 1) yaitu “kemampuan dalam merencanakan materi, kemampuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, serta kemampuan dalam melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar siswa.”
Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan penilaian? Penilaian secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu proses memberikan nilai terhadap siswa dengan acuan tertentu. Terdapat banyak definisi berkaitan dengan istilah penilaian. O’Malley dan LV Pierce (2006, hlm. 237) menyatakan bahwa “penilaian adalah pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang pembelajaran atau kinerja siswa, biasanya berdasarkan berbagai sumber bukti.” Selanjutnya Airasian, P.W dan M Russell (2008, hlm. ) menyatakan bahwa “penilaian dapat pula diartikan sebagai proses mengumpulkan, mensintesis, menginterpretasi informasi untuk membuat suatu keputusan.”
Dalam pelaksanaan penilaian, guru harus memahami prinsip-prinsip dalam pelaksanaan penilaian. Adapun prinsip dalam pelaksanaan penilaian menurut Wortham S.C (2005), adalah sebagai berikut :
a.        Assessment should use mulitple sources of information
Setiap teknik penilaian memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan berbagai macam teknik penilaian diindikasikan dapat memberikan pengetahuan bagi guru terhadap kecakapan siswa secara komprehensif.
b.        Assessment should benefit the child and improve learning
Dalam menyusun penilaian, diharuskan guru membuat penilaian yang bermanfaat bagi siswa juga meningkatkan pembelajaran. Yaitu ketika tes diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemajuan siswa serta merencanakan pembelajaran yang lebih baik berdasarkan apa yang telah dicapai.
c.         Assesment should involved child and family
Pengetahuan orang tua terhadap anak sangatlah penting, supaya orang tua memahami perkembangan karakteristik anak. Penilaian merupakan salah satu format laporan yang menginformasikan bagaimana hasil pembelajaran siswa. Selain itu, dengan melibatkan siswa dalam penilaian siswa mampu menilai kemajuan belajar dan bagaimana mereka dapat berkembang.
d.        Assessment should be fair for all children
Dalam hal ini, berkaitan dengan pentingnya guru untuk memperhatikan latar belakang siswa serta kemampuan siswa dalam belajar. Dan penggunaan beragam metode penilaian dianggap sangat tepat untuk mengidentifikasi kompetensi siswa secara komprehensif.
e.         Assessment should be authentic.
Penilaian akan bermakna bagi siswa dengan adanya pengalaman siswa dan mencerminkan bagaimana siswa dapat menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata.
       Selanjutnya, Sudjana (2006) menjelaskan empat prinsip dan prosedur penilaian yang harus dilakukan oleh guru :
a.         Guru dalam melaksanakan penilaian hendaknya merancang penilaian sedemikian rupa sehingga jelas apa yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian serta interpretasi dari hasil penilaian.
b.        Guru dalam melaksanakan penilaian hendaknya menjadikan penilaian sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian tidak hanya dilaksanakan ketika pembelajaran berakhir tetapi selama proses pembelajaran.
c.         Guru hendaknya menggunakan berbagai alat penilaian yang bersifat komprehensif, hal ini bertujuan supaya diperoleh hasil yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya.
d.        Guru hendaknya melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian, sesuai dengan tujuan penilaian untuk memperbaiki proses pembelajaran. Supaya penilaian bermanfaat tidak hanya untuk guru tapi juga untuk siswa.

2.        Fungsi dan Tujuan Penilaian
Penggunaan penilaian dalam pembelajaran tidak terlepas dari betapa pentingnya fungsi penilaian dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran adalah bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa, kemudian hasil dari penilaian digunakan sebagai bahan dalam menyusun laporan kemajuan hasil belajar juga untuk memperbaiki proses pembelajaran kedepannya (Rusman, 2013).
Sejalan dengan pernyataan Rusman, Sudjana (2006) mengemukakan empat fungsi penilaian, yaitu sebagai berikut:
a.         Untuk mendeskripsikan kecakapan belajar siswa. Dari hasil penilaian dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa terhadap pembelajaran yang telah ditempuh.
b.        Untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Yakni sejauh mana keefektifan proses pembelajaran dalam membentuk karakter siswa sesuai dengan tujuan pendidikan.
c.         Untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian. Hasil penilaian menjadi pedoman bagi guru dalam memperbaiki proses pembelajaran baik dari segi materi, metode, dan strategi pembelajaran.
d.        Memberikan pertanggungjawaban (acccountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan diantaranya orang tua siswa.
Dalam pelaksanannya, penilaian seyogyanya dilakukan secara konsisten, sistematik serta terprogram. Dapat menggunakan tes maupun non tes dalam bentuk tertulis (pencil and paper test) ataupun lisan, penilaian kinerja (performance assessment), penilaian sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri (self assessment) (BSNP, 2007).
Selain itu, perlu adanya penyesuaian terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran di kelas. Hal ini sebagai implikasi dari pelaksanaan peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Salah satu penilaian yang disyaratkan adalah penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan bagian dari penilaian yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap kompetensi dari suatu mata pelajaran dan dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran (Poerwanti, 2008). Penilaian kelas merupakan proses mengumpulkan, mensintesis dan menginterpretasi informasi untuk membuat suatu keputusan (Airasian dan M Russel, 2005)
Selanjutnya, Poerwanti (2008) menyebutkan bahwa penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik, tertulis (pencil and paper test) ataupun lisan, penilaian kinerja (performance assessment), penilaian sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri (self assessment). Sejalan dengan pernyataan tersebut, poerwanti menyebutkan bahwasanya penilaian diri (self assessment) sebagai salah satu jenis penilaian kelas. Maka dari itu, selanjutnya akan dibahas mengenai tujuan penilaian kelas, fungsi penilaian kelas, prinsip penilaian kelas. Adapun tujuan penilaian kelas menurut Poerwanti (2008, hal. 15), adalah sebagai berikut :
a.    Pada saat pelaksanaan penilaian guru dapat langsung memberikan umpan balik (feed back) kepada siswa.
b.    Guru dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar setiap siswa, sekaligus mendiagnosis kesulitan belajarnya sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remidial.
c.    Hasil pemantauan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, sumber belajar yang digunakan, sesuai dengn kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa, dan landasan memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu.

Dari ketiga tujuan diatas dapat diketahui bahwasanya dengan melaksanakan penilaian kelas guru dapat langsung memberikan umpan balik kepada siswa setelah pembelajaran selesai. Sehingga tidak perlu menunda atau menunggu ulangan harian atau ulangan semester untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, guru dapat secara terus menerus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap siswa dan seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapaian kompetensi yang diharapkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Adapun fungsi penilaian  kelas menurut Poerwanti (2008, hal. 16) adalah sebagai berikut :
a.    Memberikan gambaran sejauhmana seorang siswa telah menguasai suatu kompetensi terhadap suatu mata pelajaran.
b.    Dapat membantu siswa untuk memahami dirinya, mengidentifikasi strength and weaknesses yang dimiliki oleh diri siswa.
c.    Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa serta kompetensi yang bisa dikembangkan.
d.   Guru dapat menentukan siswa mana yang perlu mendapatkan pengayaan juga remedial.
e.    Dari hasil penilaian guru dapat menentukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan ataupun yang sedang berlangsung.

Sejalan dengan fungsinya, penilaian kelas dapat membantu siswa dalam memahami dirinya, menjadikan siswa mandiri dalam membuat keputusan tentang langkah berikutnya terutama dalam pengembangan kepribadian. Selain itu, berkenaan dengan fungsi penilaian kelas, guru berperan tidak hanya sebagai pendidik melainkan juga sebagai pembimbing (Poerwanti, 2008). Dalam hal ini, guru sebagai pembimbing adalah membimbing siswa untuk menemukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki terhadap pencapaian kompetensi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat menentukan langkah selanjutnya guna perbaikan proses pembelajaran yang akan akan berdampak pada peningkatan capaian hasil belajar siswa.
Dalam melaksanakan penilaian kelas, guru tentunya harus memiliki suatu prinsip yang dapat dijadikan pedoman. Adapun prinsip penilaian berbasis kelas menurut Poerwanti (2008, hal. 18) adalah sebagai berikut :
a.    Prinsip validitas menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
b.    Prinsip reliabilitas dengan menjaga konsistensi keajegan. Hasil penilaian yang ajeg memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi dan keterpercayaan.
c.    Prinsip komprehensif penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi.
d.   Prinsip objektifitas; prinsip penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.
e.    Prinsip mendidik, penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauhmana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi)

Kelima prinsip tersebut seyogyanya menjadi perhatian guru dalam perencanaan pelaksanaan penilaian. Perencanaan tersebut dimulai dari penentuan alat penilaian apa yang akan digunakan, penentuan aspek dan kriteria penilaian serta feed back dari hasil penilaian. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Selanjutnya, dalam melaksanakan penilaian kelas guru sebaiknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut  (Poerwanti, 2008, hal. 38) :
a.    Memandang penilaian dan kegiatan belajar mengajar secara terpadu.
b.    Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.
c.    Melakukan strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar siswa.
d.   Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus siswa.
e.    Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar siswa.
f.     Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.
g.    Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.

Dari poin tersebut, memberikan gambaran bagi guru bahwa penilaian dan kegiatan belajar merupakan suatu kesatuan proses dimana penilaian harus senantiasa dilaksanakan selama proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Selain itu, penggunaan cara dan alat peniliaian yang beragam dapat memberikan  informasi tentang hasil belajar siswa secara menyeluruh. Penilaian yang digunakan harus memberikan manfaat bagi siswa. Dalam hal ini mempertimbangkan berbagai kebutuhan siswa sangatlah penting. Penilaian tidak hanya mencakup aspek kognitif saja, tetapi afektif juga psikomotor siswa.