Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan

CONTOH PELAKSANAAN TINDAKAN PENELITIAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI



Pelaksanaan Tindakan Penelitian

 

1)      Perencanaan Pembelajaran      
     Tindakan Pembelajaran Siklus 1 meliputi : membuat RPP, membuat lembar observasi RPP, lembar observasi kinerja guru, dan lembar observasi belajar siswa, memilih dan menentukan gambar seri yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan membuat alat evaluasi serta LKS yang berisi serangkaian gambar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
2)      Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini berisi kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yang meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti  dan kegiatan akhir.
3)      Observasi Pelaksanaan
      Mitra sejawat melaksanakan pencermatan dan perekaman terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan lembar observasi yang telah disediakan.
4)      Refleksi
      Hasil obsrvasi dan hasil kegiatan siswa dikumpulkan dan didiskusikan dengan mitra sejawat, dan hasilnya dijadikan bahan untuk melaksanakan berikutnya. Pada siklus 2 kegiatan berulang sebagaimana pada siklus 1, namun dengan perencanaan tindakan yang telah disiapkan pada siklus 2 sampai pada akhirnya memperoleh kesimpulan sebagaimana diharapkan pada awal rencana tindakan penelitian dibuat.
1.      Teknik Pengumpulan Data
       Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
a.     Teknik observasi ; instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan terhadap rencana pembelajaran, kinerja guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
b.     Teknik tes ; teknik yang digunakan yaitu tes tertulis, instrumen berupa lembar kerja siswa yaitu menulis deskripsi berdasarkan gambar. Tes ini dilakukan pada setiap siklus dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilaksanakan serangkaian tindakan.
2.      Teknik Analisis Data
            Analisis data hasil penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis dilakukan pada setiap siklus dengan menggunakan tahapan sebagai berikut :
1)      Perencanaan meliputi identifikasi perumusan dan pembatasan masalah yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data.
2)      Pengumpulan data hasil penelitian tindakan kelas tentang kemampuan siswa dalam mendeskripsikan gambar dalam bahasa tulis.
3)      Pengelompokkan data,  yaitu kinerja guru dan kinerja siswa dilakukan pada setiap fase tindakan.
4)      Interpretasi dan refleksi data berdasarkan tingkatan pencapaian, misalnya : baik sekali, baik, cukup dan kurang, dilaksanakan pada setiap fase tindakan.
5)      Tindak lanjut dan rekomendasi ditentukan berdasarkan hasil kemampuan siswa dalam mendeskripsikan gambar.
3.      Kriteria Keberhasilan
            Dalam proses pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis dengan menggunakan media gambar di kelas II SDN .......... Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan proses tersebut, diantaranya :
a.       Keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
b.      Pemahaman siswa terhadap tugas yang diberikan guru dalam proses pembelajaran.
c.       Kemampuan siswa menyelesaikan tugas secara keseluruhan.
d.      Tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan menurut hasil observasi.
e.       Konsentrasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
f.       Kemampuan / kinerja guru.
g.      Situasi dan kondisi sekolah.
h.      Ketersediaan berbagai alat ,sarana serta media.
4.       Tim Peneliti dan Tugasnya
Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas, penulis berkolaborasi dengan teman sejawat, dalam hal ini kegiatan dilaksanakan oleh penulis dan teman sejawat melakukan penilaian serta observasi terhadap kegiatan yang dilakukan penulis. Hasil penilaian dan observasi dijadikan bahan refleksi dan renungan oleh penulis untuk menentukan kegiatan selanjutnya.
Berikut data teman sejawat yang ditugaskan penulis untuk menjadi observer dan penilai :
Nama               : Lisnawati, S.Pd.
NIP                 : 19690329 200501 2 005
Pemilihan teman tersebut di atas dengan alasan yang bersangkutan adalah salah satu guru senior yang mendukung penelitian, dan berpengalaman dalam belajar mengajar.

CONTOH METODE PENELITIAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI


Metode Penelitian

 

1.      Model PTK
Metode penelitian adalah cara untuk memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah, sistematis, logis dan faktual. Metode tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Menurut Sumantri (1988 : 38) “suatu penelitian pada hakikatnya memiliki metode masing-masing”. Sesuai dengan tujuannya yakni untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Model penelitian tindakan yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah model PTK dari Kemmis & Mc Taggart. Dalam desain model ini, satu fokus tindakan (action) merupakan satu siklus tindakan yang terdiri dari satu step atau langkah tindakan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa PTK dilakukan untuk meningkatkan satu aspek Kerja Ilmiah (kemampuan siswa untuk melakukan observasi) pada satu Standar Kompetensi dan satu Kompetensi Dasar. Satu Materi Pokok terdiri dari beberapa indikator yang diselesaikan dalam beberapa kali tindakan. Sedangkan bentuk PTK yang dilaksanakan, PTK Kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak dengan jalinan bersipat kemitraan sebagaimana dijelaskan oleh Kasihani Kasbolah (1998 : 123) yang menyatakan bahwa : “Penelitian tindakan Kolaboratif melibatkan beberapa pihak yaitu Guru, Kepala Sekolah, Peneliti, maupun Dosen secara serempak melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan Praktek Pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan meningkatkan karier guru”.

FUNGSI PERANAN MEDIA PENGAJARAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI

FUNGSI PERANAN MEDIA PENGAJARAN 


Fungsi  media  pengajaran sebagai  sumber belajar, Nana  Sudjana  (dalam
Djamarah, 1996 : 152), Merumuskan fungsi media sebagai berikut :
a.       Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri  sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b.      Penggunaan  media  pengajaran merupakan bagian yang  integral  dari  keseluruhan situasi mengajar.
c.       Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran .
d.      Penggunaan media bukan semata–mata  alat  hiburan, bukan  sekedar  melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e.       Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam  menangkap perhatian yang diberikan guru.
f.       Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
            Ketika fungsi–fungsi media pengajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar , maka terlihatlah perannya sebagai berikut :
a.       Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari  keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
b.      Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
c.       Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
Kriteria Pemilihan Media Pengajaran
            Nana Sudjana dan Ahmad Rivai  (dalam Djamarah dan Zein, 1996 :  150), mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:
a.       Ketepatan dengan tujuan pengajaran.
b.      Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa.
c.       Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhan dan praktis penggunaannya.
d.      Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran.
e.       Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. Sesuai dengan tarap berpikir siswa.
Media Cerita Gambar Seri Sebagai Model Pembelajaran
            Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat  gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.
            Berkaitan dengan penggunaan media  gambar, Purwanto dan Alim  (1997 :  63), mengemukakan bahwa “Penggunaan media gambar untuk melatih anak  menentukan pokok pikiran yang mingkin akan menjadi karangan–karangan”,  juga  Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa “Mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa”.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya  upaya  dalam  menyusun atau  menulis  suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.
Ciri–ciri Gambar Yang Baik dan Peranannya Sebagai Media Pengajar
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri–ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et-al (1991 : 219), yaitu :
a.       Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.
b.      Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
c.       Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek–obyek dalam gambar.
d.      Berani dan dinamis.
e.       Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
Sedangkan peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu :
a.       Dapat  membantu guru dalam  menyampaikan pelajaran dan membantu siswa  dalam belajar.
b.      Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.
c.       Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)
d.      Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat  yang  lain. (Sudirman et-al 1991 : 220)
Atas dasar uraian tersebut di atas, hendaknya guru mau mempertimbangkan penggunaan media gambar seri di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar  terutama dalam pengajaran menulis karangan. Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa  tersebut  dapat  mampu menulis  karangan sesuai  dengan tema, ide, pengalaman dan kejadiannya
1.      Kerangka Berfikir
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya tentang menulis karangan deskripsi, guru harus mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang optimal dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran dan menggunakan alat peraga atau media yang dapat membantu siswa mencerna pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis karangan deskripsi guru perlu menyediakan alat bantu atau media pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk membantu siswa mengembangkan ide-ide yang akan dituangkannya dalam bentuk sebuah karangan. Karena pada kenyataanya siswa sering merasa kesulitan apa bila dihadapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya tentang mengarang atau menulis karangan deskripsi.
Menyikapi kenyataan ini, penulis memandang perlu untuk menggunakan media gambar seri, yaitu berupa sajian gambar seri yang menggambarkan atau menceritakan suatu kejadian. Dalam pelaksanaannya guru menyajikan gambar seri untuk diteliti dan disimak siswa, kemudian anak disuruh menulis ide pokok yang terdapat dari gambar yang disajikan.
Ide pokok yang ditulis disusun berdasarkan urutan kejadian yang benar. Setelah tersusun dengan benar setiap siswa mengembangkan ide pokok tersebut berupa beberapa kalimat yang tergabung dalam sebuah paragrap.
Dengan demikian kemampuan siswa khususnya kelas III SDN .......... Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tentang menulis karangan deskripsi pada pembelajaran bahasa Indonesia akan meningkat dengan menggunakan media gambar seri.
2.      Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenaranya oleh penulis yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dijadikan tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya (Arikunto 1998 : 17). Anggapan dasar pada penelitian ini diantaranya adalah :
a.       Keterampilan menulis karangan deskripsi merupakan salah satu pembelajaran bahasa Indonesia dan tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD.
b.      Keterampilan menulis karangan deskripsi adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa kelas III SD Negeri .......... Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
c.       Salah satu tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan ide atau gagasan melalui bahasa tulisan.
d.      Media gambar seri adalah salah satu media pembelajaran bahasa Indonesia.
e.       Penelitian Tindakan Kelas tentang pengunaan media gambar seri untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SD Negeri .......... Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya mendapat dukungan dari guru, siswa dan Kepala sekolah.
3.      Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang sebenarnya akan diuji berdasarkan data yang terkumpul. (Irawan Soehartono 2002). Maka dari itu, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas III SD Negeri .......... Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya akan meningkat apabila menggunakan media gambar seri.

CONTOH PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI

PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN 


Kata “Media” secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan” (Djamarah dan Zein, 1996 : 136).
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidak jelasan guru dalam menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media. Apabila  tingkatan SD  yang  siswanya  belum  mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan  pelajaran dapat  dikongritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media.
Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, apabila diabaikan media pengajaran bukannya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas  bahan pelajaran,  sehingga  dapat  merangsang  pikiran, perasaan, perhatian dan  minat  siswa dalam proses belajar.

CONTOH LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS TINDAKAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI


Landasan Teori, Kerangka Berfikir, Anggapan Dasar dan Hipotesis Tindakan

1.      Landasan Teori
Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan siswa  dalam  Bahasa  Indonesia, pengetahuan bahasa  diajarkan untuk menunjukkan siswa terampil berbahasa yakni terampil  menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan berbahasa hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis yakni harus sering berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Mata  Pelajaran Bahasa  dan Sastra  Indonesia  adalah program  untuk mengembangkan pengetahuan,  keterampilan berbahasa, dan  sikap  positif  terhadap bahasa.


Pengertian Menulis
Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu system komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata.
Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996 : 1), mengembangkan bahwa :  “Menulis  adalah menurunkan  atau melukiskan lambang–lambang  grafik yang menggambarkan suatu bahasa  yang  dipakai  oleh seseorang, sehinga  orang  lain dapat  membaca  lambang–lambanga  grafik tersebut  kalau mereka  memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut “.

Sedangkan Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996 : 1), mengatakan bahwa : “Menulis adalah menempatkan simbol–simbol grafik yang  menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol–simbol grafiknya”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah      kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang–lambang grafik untuk menyampaikan ide  atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain .
Pengertian Mengarang

Apabila seseorang menggunakan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya ke dalam  bahasa  tulis, kegiatan tersebut adalah kegiatan mengarang. Untuk dapat menyampaikan suatu pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya, seseorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata–kata menjadi kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.
Sebagai mana dikemukakan oleh The Liang Gie ( 1992 : 18 ), bahwa :  “Untuk dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah dan kuat, seseorang perlu memiliki  pembendaharaan kata  yang  memadai, terampil  menyusun kata–kata  menjadi beraneka kalimat yang jelas, dan mahir  memakai  bahasa  secara efektif”.
Menurut pengertiannya, “mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang  mengumpulkan gagasan dan menyampaikannya  melalui  bahasa  tulis  kepada pembaca untuk dipahami”. ( The Liang Gie, 1992 : 17 ).
Dalam  proses  karang–mengarang  setiap ide  perlu dilibatkan pada  suatu kata, kata–kata  dirangkai  menjadi  sebuah kalimat  membentuk paragraf, dan paragraf-paragraf akhirnya mewujudkan sebuah karangan.
Sedangkan karangan merupakan hasil dari kegiatan mengarang, yaitu perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai  paragraf yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, dengan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa, mempercakapkan sesuatu, dan tujuan lainnya.
Unsur Karang Mengarang
Berbicara mengenai karangan baik yang berupa karangan pendek  maupun panjang, maka kita harus berbicara  mengenai  beberapa hal atau masalah di sekitar karangan.
The Liang Gie (1992 : 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam mengarang yaitu sebagai berikut :
      1)   Gagasan ( Idea )
Yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis.
      2)   Tuturan ( Discourse )
Yaitu bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca. Ada 4 (empat) bentuk mengarang :
a.   Pencarian (Narration )
Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa/pengalaman
b.   Pelukisan ( Description )
Bentuk pengungkapan yang menggambarkan pengindraan, perasaan mengarang tentang macam–macam hal yang berada  dalam  susunan ruang  ( misalnya  : pemandangan indah, lagu merdu, dll )
c.   Pemaparan ( Exposition )
Bentuk pengungkapan yang meyajikan secara fakta–fakta yang  bermaksud memberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses atau peralatan.
d.   Perbincangan ( Argumentation )
Bentuk pengungkapan dengan maksud menyalin pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang dihadapi pengarang.
3)   Tatanan ( Organization )
Yaitu tertib pengaturan dan peyusunan gagasan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah .
4)   Wahana (Meduim )
Ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika (tata bahasa), dan terotika (seni memkai bahasa secara efektif)

Tujuan Pengajaran Mengarang
Menurut Ngalim Purwanto, dan Djeniah Alim (1997 : 58) mengemukakan bahwa  tujuan pengajaran mengarang  sama  dengan tujuan pengajaran bercakap–  cakap hanya berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu :
1.      Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif
2.      Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat
3.      Latihan memaparkan pengalaman–pengalaman dengan tepat.
4.      Latihan–latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk bahasa).
Macam–Macam Karangan di SD
Macam–macam karangan yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.      Menurut Tingkatan
      1. Karangan permulaan (Kelas I dan II)
      2. Karangan sebenarnya (Karangan lanjutan) di kelas–kelas berikutnya.
b.      Menurut Isi/Bentuk
1.      Karangan Varslag (Laporan), Umumnya diberikan di kelas–kelas  rendah misalnya : Menceritakan kembali (secara tertulis) apa–apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.
2.      Karangan  Fantasi, Mengeluarkan isi jiwa sendiri (Ekspresi jiwa), misalnya : “Cita–citaku setelah tamat SD”. “Seandainya aku jadi raja”.
3.      Karangan Reproduksi, Umumnya bersipat menceritakan/ menguraikan suatau perkataan yang telah di pelajari atau di pahami, seperti  mengenal  ilmu–ilmu bumi, ilmu hayat, atau menulis dengan kata–kata sendiri apa yang telah dibaca dll.
4.      Karangan  Argumentasi, Karangan berdasarkan  alasan tertentu. Siswa dibiasakan  menyatakan pendapat  ataupun pikiranya  berdasarkan alas  an yang tepat.

c.       Menurut Susunannya
1)      Karangan Terikat
2)      Karangan Bebas
3)       Karangan setengah bebes terikat (Ngalim Purwanto dan Djeinah Alim, 1997 : 59)
Karangan Permulaan
Pendapat lama mengatakan mengajar mengarang itu baru diberikan di  kelas V sekolah rendah, karena syarat–syarat yang ditentukan untuk mengarang itu adalah berat. Seperti ejaan bahasa, susunan kalimat, isi, tanda baca, dan sebagainya. Sementara itu pendapat sekarang, “Mengarang“ itu semenjak di  kelas I (Satu) sudah mulai disisipkan (Mengarang Permulaan). Di kelas I (Satu) sudah dapat di mulai dengan menggambar bebas kemudian anak menulis beberapa kalimat tentang gambarnya.
Di kelas III  (Tiga) adalah lanjutan dari  kegiatan di atas. Cerita  tentang  gambar telah memakai judul, kalimat lebih banyak pada saat menceritakan tentang benda, hewan atau tanaman yang sesuai dengan lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda. Mengarang dengan media gambar seri dapat mengembangkan  ide-ide siswa dalam membuat kalimat yang berhubungan dengan objek gambar dan biasanya anak menggunakan kata penghubung untuk membuat kalimat yang lebih banyak.
Di kelas V (lima) karangan anak lebih luas   dari  pada  kelas  III  (tiga). Anak dibiasakan  mengamati  lingkungan sekitarnya  (Pasar, Toko, Kantor Pos, Bank, Tempat pertunjukan dll) lebih rinci sehinga siswa kelas V (lima) telah dapat menuliskan berpuluh–puluh kalimat tentang sesuatu. Pada  saat  menceritakan gambar seri, siswa  kelas V (lima) lebih rinci menjelaskan setiap gambar.
Pengamatan gambar lebih rinci. Mulailah anak, menentukan pokok pikiran yang  mungkin akan menjadi  karangan–karangan. Hal  ini  lebih mudah dilatihkan melalui  mengarang dengan bentuk gambar seri. (Ngalim Purwanto, 1997 : 59).
Susunan Karangan
Susunan karangan atau wacana  sebagaimana  dikemukakan oleh Tarigan dan Sulistyaningsih (1996 : 362) adalah :
       “ Wacana  dibentuk oleh  paragraf– paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh
kalimat–kalimat. Kalimat–kalimat yang membentuk paragraf itu haruslah merangkai, kalimat  yang  satu dengan kalimat  berikutnya harus  berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau  membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh “.

a.      Kata
Setiap gagasan pikiran atau perasaan dituliskan dalam kata–kata. Kata  adalah unsur kata yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa.
Untuk dapat  menyampaikan gagasan,  pikiran dan perasaan dalam  tulisan karangan. Seorang  perlu memiliki  pembendaharaan kata  yang memadai  dan pemilihan kata yang tepat. “Dalam memilih kata itu harus diberikan dua  persyaratan pokok yaitu (1) Ketepatan (2) Kesesuaian” (Suriamiharja et–al, 1996 : 25). Persyaratan ketepatan yaitu kata–kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sehingga pembaca juga dapat menafsirkan kata–kata tersebut tepat seperti maksud penulis.
Persyaratan kedua yaitu kesesuaian. Hal ini menyangkut kecocokan antara kata–kata yang dipakai dengan kesempatan/situasi dengan keadaan pembaca. Apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merupakan suasana  atau tidak menyinggung perasaan orang yang hadir.
b.      Kalimat
Kalimat terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan anak kalimat  adalah gabungan dari ungkapan atau frase, dan ungkapan itu sendiri merupakan rangkaian dari kata–kata . Kalimat yang dipergunakan dalam karangan berupa  kalimat  yang  efektif yaitu kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pandangan atau pembaca  seperti  apa  yang  terdapat  pada  pikiran penulis  atau pembaca.
Suryamiharja et-al (1996 : 38), Mangemukakan bahwa : Kalimat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur – unsur :
1        Dapat mewakili gagasan penulis
2        Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca  seperti yang dipikirkan penulis.
c.       Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat : paragraf merupakan kumpulan kalimat yang  berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan, Berkaitan dengan paragraph, Akhadiah, dkk (dalam Agus Suryamiharja, 1996 : 46), Menjelaskan bahwa “dalam paragraph terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai kalimat penutup”.
Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah :
a)      Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan.
b)      Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan. (Tarigan, 1996 : 48). Menurut Suriamiharja (1996 : 48) “Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi  (Kesatuan) ; (2) Koherensi  (Kepaduan) ;  dan (3) Pengembangan/Kelengkapan paragraph”.
1.      Kohesi (Kesatuan)
Keraf (dalam Suriamiharja 1996 : 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan kohesi/kesatuan dalam paragraf adalah semua kalimat yang membina paragraf secara bersama–sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu”.
2.      Koherensi (Kepaduan)
Keraf (Suriamiharja  1996  :  48)  mengemukakan bahwa  “yang dimaksed dengan koherensi/keterpaduan dalam paragraf adalah kekompakan hubungan antar  sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu”.
3.      Pengembangan/Kelengkapan paragraf
Keraf (dalam Suriamiharja 1966 : 50), mengemukakan bahwa  “pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan–gagasan yang  membina paragraf itu”,
Suatu paragraf dikatakan berkembang atau lengkap jika kalimat topik atau kalimat utama dikembangkan atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya  dalam  bentuk–bentuk kongkrit, dapat dengan cara pemaparan dan pemberian contoh, penganalisaan dan nilai–nilai.