Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI MATEMATIKA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI MATEMATIKA. Tampilkan semua postingan

CONTOH HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSKRIPSI MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP LUAS TRAPESIUM MELALUI MEDIA LKS


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

 

Secara keseluruhan perolehan hasil tindakan tiap siklusnya yang menyangkut 1) Perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Proses pelaksanaan pembelajaran, dan 3) Kemampuan siswa. Berikut ini pemaparan perolehan hasil tindakan mengenai pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan
1.      Kemampuan Merancang Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran
Mengenai kemampuan guru dalam merancanga RPP pada siklus ke-1 secara keseluruhan sudah benar, akan tetapi pada siklus ke-1 masih diperlukan beberapa perbaikan pada setiap aspeknya. Perolehan data dari hasil observasi siklus ke-1 pada aspek kurikulum secara keseluruhan sudah baik dan sesuai dengan materi tentang konsep luas trapesium dengan penetapan indikator dalam setiap pertemuannya. Akan tetapi maih terdapat kekurangan pada aspek bahan pembelajaran penyusunan bahan pembelajaran belum tersusun secara sistematis dan logis, selain itu juga pada strategi masih masih diperlukan sedikit perbaikan pada penetapan alokasi waktiu pada langkah-langkah pembelajaran. Selain hal tersebut berdasarkan temuan permasalahan pada siklus ke-1 penyediaan pada media dan sumber masih dianggap kurang sehingga diperlukan penamabahan. Guna mengatasi hal tersebut maka dilakukan perbaikan  tindakan pada siklus ke-2. Adapun perolehan hasil siklus ke-2 ternyata memperoleh hasil yang postif hal ini dibuktikan dengan temuan hasil observasi siklus ke-2 mengenai kekurangan pada aspek bahan pembelajaran penyusunan bahan pembelajaran pada siklus ke-2 sudah tersusun secara sistematis dan logis, serta upaya perbaikan dalam penyesuaian alokasi waktu pada langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai dan tepat. Selain hal mengenai  temuan permasalahan pada siklus ke-1 pada penyediaan pada media dan sumber yang masih dianggap kurang, pada siklus ke-2 sudah ada penambahan dan perbaikan.
2.      Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Mengenai  pelaksanaan proses pembelajaran yang menyangkut tentang: 1)
kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan 2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tiap siklusnya mengalami perbaikan, adapun hasil observasi mengenai proses pelaksanaan pembelajaran adalah sebagi berikut :
a.       Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran
Mengenai kemampuan guru dalam proses pembelajaran tiap siklusnya mengalami perbaikan. Kemampuan guru dalam proses pembelajaran pada siklus ke-1 ternyata masih diperlukan beberapa berbaikan pada setiap aspeknya. Adapun perolehan hasil observasi pada siklus ke-1 pada kegiatan awal kemampuan guru dalam menata ruang, alat bantu, dan sumber belajar dengan cermat guru dianggap masih diperlukan sedikit perbaikan, karena pada proses pelaksanaanya guru belum bisa mengendalikan siswa dalam proses penataan dengan baik, hal tersebut menunjukan guru belum mampu mengkondisikan siswa dengan baik dalam memulai KBM. Pada langkah-langkah pembelajaran menyangkut fase-fase Aprespsi, motivasi, dan orientasi masih diperlukan perbaikan pada upaya guru dalam membangkitkan motivasi siswa, dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru belum begitu tepat, hal ini dilihat dari siswa hanya sebatas bilang mengerti akan tetapi waktu siswa diberi pertanyaan siswa tampak masih bingung. Akan tetapi pada siklus ke-2  aspek pada fase-fase tersebut dapat diatasi hal ini dibuktikan dengan proses pelaskasanaa pembelajaran pada siklsu ke-2 berjalan lebih kondusif dan siswa tamapak sudah termotivasi.
Pada kegitan inti pada siklus ke-1 pada fase tanya jawab secara keseluruhan tindakan guru sudah baik, akan tetapi tindakan guru dalam menciptakan suasana kimunukatif dengan siswa masih diperlukan perbaikan karena tampak masih searah dan didominasi guru. Pada Fase kegiatan kerja kelompok mengerjakan LKS memlaului kegiatan berkelompok siswa mendiskusikan  untuk mencari informasi tentang konsep luas trapesium dengan berpedoman pada LKS belum mamapu mengendalikan siswa untuk berdiskusi karena masih ada beberapa siswa yang masih ngobrol dan bermain-main dengan teman satu kelompoknya. Akan tetapi setealah dilakukan tindakan pada siklus ke-2 permasalahan tersebut dapat diatasi termasuk pada kegiatan diskusi kelompok pelaksanaanya tampak berjalan dengan tertib dan dalam pengerjaan LKS siswa tampak sudah mengeti dan sesuai denga langkah-langklahpengerjaan LKS.
Pada kegiatan penutup pada siklus ke-1 masih diperlukan beberapa perbaikan diantaranya, dalam memberi arahan kepada siswa dalam mempasilitasi siswa untuk melakukan refleksi untuk memperoleh pengalalaman belajar yang telah dilakukan, siswa masih tampak kebingungan. Selain itu juga pada kegiatan mengakhiri pembelajaran proses menata kemabali ruang kelas belum mampu menciptakan sistuasi yang kondusif. Akan tetapi pada siklus ke-2 menyangkut kekeurangan-kekurangan pada siklus ke-2 bisa teratasi pada setap aspek yang kurangnnya
b.      Aktivitas siswa
Berdasarkan perolehan data hasil observasi siklus ke-1 pada kegiatan awal
tampak siswa belum begitu antusiasme dan belum termotivasi selain itu juga siswa tampak masih kebingungan mengenai pembelajaran yang diawali dengan proses tanya jawab karena masih dianggap hal baru. Akan tetapi pada siklus ke-2 setelah dilakukan perbaikan tampak ada peningkatan hal ini dilihat dari sikap siswa yang begitu antusias dan tampak termotivasi dalam memmulai pelajaran selain itu juga siswa sudah tidak merasa kebingungan mengenai pembelajaran yang diawali  dengan proses tanya jawab karena sudah dinggap bukan hal yang baru lagi.
Perolehan data observasi pada kegiatan inti siklus ke-1 tampak masih banya yang perlu diperbaiki.  Dilihat dari sikap siswa tampak belum memperhatikan penjelasan guru dan masih banyak siswa yang yang belum mengikuti langkah-langkah pembelajaran dalam LKS dan masih banyak siswa yang masih kebingungan, bahkan masih pada masih ada sebagian siswa yang mengobrol, hal ini berdampak siswa merasa belum mampu bahkan belum bisa mengenal dan menemukan sendiri konsep tentang materi konsep luas trapesium. dengan penggunaan metode latihan dengan LKS.  Setelah pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan maka dilanjutkan mengkomunikasikan hasil diskusi, pada kegiatan siswa dalam melaporkan hasil diskusinya siswa masih saling tunjuk belum begitu anatusias menjadi  perwakilan untuk melaporkan hasil diskusinya, dalam mengerjakan soal evaluasi siswa tampak masih kebingungan dan kesulitan dalam mencari informasi tentang konsep luas trapesium dengan berpedoman pada LKS. dalam mengumpulkan hasil kerjaanya masih belum tertib dan perlu ada perbaikan maka dilakukan tindakan pada siklus ke-2. Perolehan data hasil tindakan siklus ke-2 ternyata segala kekeurangan dan kelemahan                 yang ditemukan pada siklis ke-1 dapat teratasi dan mengalami perbaikan.
Mengenai peroleha data pada siklus ke-1 pada kegiatan penutup mengenai tampak siswa belum mampu menyimpulkan kesluruhan materi  yang diajarkan dalam proses pembelajaran selain itu juga tampak pada proses menata kembali kerapihan/suasana kelas agar kondusif bagi pembelajaran berikutnya siswa belum melakukannya dengan baik dan masih banyak yang bermain-main. Akan tetapi pada siklus ke-2 hal tersebut bisa diatasi. Dilihat  pada proses menata kembali kerapihan/suasana kelas agar kondusif bagi pembelajaran berikutnya tampak siswa melakukannya dengan baik dan mengikuti arahan guru.
3.      Kemampuan Siswa
Mengenai kemampuan siswa pada pembelajaran matematika tentang materi konsep luas trapesium sebelum tindakan dan sebelum menggunakaan media LKS memeproleh hasil dibawah KKM yairu hanya sebesar 58 atau 58% kemudian dilakukan tindakan siklus ke-1 yaitu pembelajaran matematika tentang materi konsep luas trapesium melalui media LKS tampak ada perbaikan menjadi  69 atau 69% dan hanya 12 orang siswa atau hanya 40% yang telah mencapai nilai KKM dan sisanya 18 orang atau 60%, akan tetapi perolehan nilai tesebut belum mencapai KKM yaitu sebesar 75. Dengan demikian diperlukan tindakan perbaikan pada siklus ke-2dengan perolehan  81 atau 81% dan sebanyak 26 orang siswa atau 87% yang telah mencapai nilai KKM dan sisanya 4 orang atau 13% belum mencapai KKM. Maka dengan perolehan tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada siklus ke-2 pada pembelajan matematika tentang konsep luas trapesium sudah mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 75. Adapun penikatan mengenai kemampuan siswa dalam prose pembelajaran dapat dilihat pada grafik hasil belajar berikut ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengenai upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep luas trapesium melalui media LKS, pada setiap siklusnya telah mengalami peningkatan. Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang  dirancang  sesuai dengan KTSP yang ditetapkan yaitu, menetapkan SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi/Bahan Ajar, Sumber, Media dan Alat Belajar, serta penilaian. Percangannya sudah tepat dan sesuai denga kurikulum
Mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep luas trapesium melalui media LKS yang dilakukan di Kelas V Sekolah Dasar Negeri ....... Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya pelasksanaanya sudah tepat dan sesuai dengan rancangan pelaskanaan pembelajaran.
Pemahaman siswa tentang konsep luas trapesium setelah menggunakan media LKS di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cieunteung, mengalami perbaikan, hal ini dibuktikan dari perolehan nilai sebelum dilakukan tindakan hanya sesebesar 58 atau 58% kemudian dilakukan tindakan mengalami perbaikan pada tiap siklusnya  Perolehan hasil belajar siswa pada siklus ke-1 sebesar (69%). siklus ke-2, sebesar 87 (87%) perolehan tersebut dapat dikatakan telah berhasil, dan sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan sebesar 75. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika dengan penggunaan media LKS dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep luas trapesium dengan menggunakan media LKS
Saran
Berdasarkan pengalaman ini peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1) Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran untuk mempertimbangkan penggunaan berbagai pendekatan pembelajaran khususnya dalam konsep luas trapesium untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran selain itu juga, upaya meningkatkan kemampuan dalam memehamai suatu konsep dalam matematika, hendaknya guru dapat menggunakan media pembelajaran yang paling tepat, untuk meningkatkan motivasi  siswa dalam belajar, agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. 2) Bagi Siswa, dalam pembelajaran matematika terutama pada pemahaman siswa pada konsep luas trapesium dengan penggunaan media LKS pada pembelajaran matematika diharapkan dapat memberi motivasi dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu juga dalam pelakansaan pembelajaran siswa senantiasa dibiasakan menggunakan media pembelajar dalam mengikuti proses pembelajaran sehari-hari di kelas untuk memudahkan penyerapan materi pembelajaran. 3) Bagi Kepala Sekolah, hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran matematika tentang media LKS untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mengenai konsep  luas trapesium, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan keleluasaan pada guru dalam rangka merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran.

CONTOH KERANGKA BERFIKIR SKRIPSI MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP LUAS TRAPESIUM MELALUI MEDIA LKS

Kerangka Berfikir

C.    Anggapan Dasar
Angapan dasar yang akan dijadikan titik tolak dalam kegiatan penelitian ini yaitu : 1) pembelajaran luas daerah trapesium merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum matematika sekolah dasar, yang tentunya pembelajaran tentang luas daerah trapesium harus dipahamai siswa, 2) kemampuan siswa dalam memahami luas trapesium dapat ditingkatkan dengan mengunakan media LKS yang relevan dengan tingkat perkembangan siswa, tidak membosankan sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa, 3) membuat dan merancang RPP perencangan  RPP menggambarkan prosedur, struktur organisasi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam standar isi & dijabarkan dalam silabus menyusun indikator dalam RPP guru mesti melibatkan 3 aspek (kognitif, afektif, psikomotorik) dan tidak mesti semua supaya malah tidak mengada-ada standar khusus RPP: guru mesti tulis model  dan pendekatan strategi pembelajarannya dalam RPP berisi kegiatan  yang terstruktur, tanpa itu dijamin kelas berantakan, langsung mengajar tanpa RPP boleh saja, asal guru sudah mengerti & mendokumentasikan skenario pembelajaran Standar khusus RPP mencakup; ada langkah-langkah awal, inti, akhir serta disertakan jenis penilaiannya RPP yang baik itu jelas, siapapun yang mengajarkan akan bisa membaca dan melakukan karena didalamnya dipaparkan tahap demi tahap (proses). 4) media LKS merupakan salah satu media  yang dapat dikembangkan di sekolah dasar untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap luas daerah trapesium.

D.    Hipotesis Tindakan
Bertitik tolak dari rumusan masalah dan anggapan dasar, maka hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah apabila guru dapat merancang, melaksanakan dan mengevaluasi penggunaan media LKS dalam pembelajaran luas daerah trapesium, maka pemahaman siswa kelas V SD Negeri ....... terhadap luas daerah trapesium akan meningkat.


METODE PENELITIAN
Model Penelitian PTK
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas  (Classroom Action Research)  atau PTK. Dalam pelaksanaan penelitian, yang melibatkan beberapa pihak dengan jalinan kemitraan antara guru baik sebagai peneliti maupun sebagai observer, kepala sekolah, dosen, dan semua pihak yang berkepentingan melakukan penelitian secara serentak dengan tujuan meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan meningkatkan karier guru.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan melalui tahapan-tahapan tindakan pembelajaran reflektif dengan tujuam utama seperti yang dikemukakan oleh Wiriatmadja, R ( 2007 : 55) adalah :  1) memperbaiki praktek pembelajaran, 2) Meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara pada peneliitian tindakan pembelajaran ini secara khusus bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep luas trapesium melalui media LKS kelas V Sekolah Dasar Negeri ....... Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
Kasihini Kasbolah, (1998: 113 – 114). Mengemukakan :
   Metode Penelitian Tindakan Kelas yang di pilih dalam penelitian ini adalah Kemmis dan MC. Tanggart. Metode penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kesederhanaan model ini lebih mudah dmatematika hami. Disamping itu metode ini sesuai dengan rencana Tindakan Penelitian, bahwa fokus tindakan relatif kompleks, satu kali pembelajaran  dengan satu siklus dari perencanaan, observasi, dan refleksi”
Model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat atau uraian-uraian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen

Tindakan dihentikan, apabila sudah mencapai target yang ditentukan. Dalam penelitian ini target yang ditentukan berupa nilai KKM sebesar 75, dengan pencapaian banyak siswa sebesar 80%.


A.    Subjek Penelitian
Penelitian penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri ....... Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, dengan latar pembelajaran matematika pada materi tentang konsep luas daerah trapesium  yang seharusnya diajarkan pada semester ganjil. Penulis melakukan  PTK pada semester genap dikarenakan pada materi konsep luas trapesium siswa belum begitu paham dan mengerti. Jumlah siswa Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri ....... Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalayaada 30 orang yang terdiri dari laki-laki 18 orang, dan perempuan 12 orang. Dalam PTK ini peneliti akan dibantu oleh satu orang guru sebagai guru mitra/observer (Irma handayani S.Pd), terutama dalam melakukan observasi dan tahap refleksi. Pemilihan guru mitra tersebut sebagai observer pada proses penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan sudah berpengalaman dalam mengajar. Fokus tindakan penelitian ini adalah meningkatkan kinerja guru serta aktivitas dan penguasaan konsep siswa. Secara umum fokus tersebut adalah kemampuan guru dalam merancang dan mengelola pembelajaran matematika  dengan menggunakan media LKS untuk meningkatkan penguasaan
B.     Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan mencakup :
1.      Orientasi dan Identifikasi Masalah (Studi Pendahuluan)
2.      Perencanaan Tindakan Penelitian
3.      Pelaksanaan Tindakan Penelitian 
C.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan Intrumen pengumpulan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Instrumen Pengumpulan Data

No
Jenis Data
Cara Pengumpulannya
1
Pemahaman awal siswa tentang trapesium
Melalui tes awal siswa
2
Kemampuan guru merancang RPP
Melalui lembar penemuan
3
Kemampuan guru mengunakan MEDIA  LKS untuk meningkatkan pemahaman
Melalui lembar observasi
4
Pemahaman siswa tentang trapesium setelah proses pembelajaran
Tes Akhir


D.    Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Teknik analisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif (dalam beberapa hal memungkinkan juga digunakan analisis kuantitatif). Analisis data dilakukan pada setiap siklus tindakan dan dengan tahapan sebagai berikut :1) Analisis data, 2) Pengelompokan data. 3) Interprestasi dan refleksi data 4) Rekomendasi dan tindak lanjut

E.     Kriteria keberhasian
Peningkatan kemampuan siswa melalui media LKS  pada materi pemahaman siswa mengenai konsep luas daerah trapesium  memenuhi KKM yaitu 75.  Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang telah dilakuka dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru. Kita dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan sejalan dengan Kurikulum yang berlaku saat ini.
Menurut Usman (1993),  adapun Acuan tingkat keberhasilan adalah sebagai berikut:
1)        istimewa atau maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajrkan itu dapat dikuasai oleh siswa;
2)        baik sekali atau optimal: apabila sebagian besar (85% - 94%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa;
3)        baik atau minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya (75% - 84%) dikuasai siswa;
4)        kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai siswa.

Standar keberhasilan tindakan perbaikan yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1.    Bagi Guru
Guru mampu menunjukan kinerja baik jika sekurang-kurangnya memenuhi 75% dari jumlah indikator yang telah ditetapkan untuk setiap aspek kinerja guru dalam PTK (membuat RPP dan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah).
2.    Bagi siswa
a.    Aktivitas siswa saat pembelajaran sekurang-kurangnya 75% dari indikator
yang ada pada lembar observasi aktivitas siswa.
b.    Hasil belajar siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah  75% dari keseluruhan jumlah siswa.

CONTOH KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN SKRIPSI MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP LUAS TRAPESIUM MELALUI MEDIA LKS


KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.    Kajian Pustaka
1.      Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai  disiplin dan  memajukan daya pikir manusia.
Suherman, (2001: 25), mengemukakan :
“Matematika sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu yang tidak hanya untuk matematika itu sendiri melainkan juga untuk ilmu-ilmu lainnya, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika.

Suherman (2001: 57), mengemukakan bahwa  “dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki dari sekumpulan objek”.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (Juhanirah, 2008:15), menegaskan bahwa: Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol,  grafik dan tabel dalam mengemukakan suatu gagasan.
2.      Konsep Luas Daerah Trapesium di Sekolah Dasar
Menurut Ed Kohn, (2003 : 61) mengemukakan:
  Trapesium adalah segi empat yang hanya mempunyai sepasang sisi berlawanan yang sejajar. Sisi-sisi yang sejajar di sebut alas dan sisi-sisi yang tidak sejajar disebut kaki. Ruas-ruas garis yang menghubungkan titik-titik tengah kaki disebut garis berat trapesium. Setiap ruas garis yang tegak lurus dengan kedua alas disebut garis tinggi trapesium. Panjang garis tinggi disebut tinggi trapesium.
Sebelum membahas lebih luas sebaiknya terlebih dahulu mengenal apa yang dimaksud konsep dalam matematika. Pengertian konsep dalam matematika juga diungkapkan oleh Bahri (2008:30) bahwa: ”Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama.  Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. 
a.       Pengertian Luas
Firmanawaty Sutan, (2003 : 72). “Luas adalah ukuran bagian dalam sebuah bidang. Luas biasanya diukur dengan satuan persegi seperti inci persegi kaki persegi dan sentimeter persegi atau satuan-satuan khusus sepeti hektar”
b.      Pembuktian Rumus Luas Trapesium
Trapesiuma adalah segiempat yang memiliki sepasang sisi sejajar. Rumus luas trapesium sudah sangat dikenal oleh anak SD. Akan tetapi rata-rata mereka tidak mengetahui dari mana asalnya. Berikut ini akan peneliti jabarkan mengapa rumus luas trapesium adalah
a.       L = 0,5 x jumlah sisi sejajar x tinggi

3.      Media pembelajaran
Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media secara luas tersebut terutama dalam proses pembelajaran dimana media yang digunakan guru sebagai faktor yang paling dominan.
Sadiman (2002:6) mengemukakan:
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.”

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan, sehingga apa yang kita sampaikan dalam memberikan informasi tentang pesan bisa menyalurkan informasi secara benar.
4.      Media Lembar kerja Siswa
Hidayah (2008:7) mengemukakan:
  bahwa LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.”

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah “lembaran kertas yang intinya berisi informsi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran”. Dari Lembar Kerja Siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan.
5.      Pemahaman Siswa
Hudoyo (1985:5) menyatakan bahwa “Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dmatematika hami peserta didik”. Dengan pemahaman siswa lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri dan memberikan pengertian bahwa materi-materi yang dipelajari bukan hanya sebagai hafalan pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami. 
Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, (2008 : 607-608) mengemukakan :
  Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

Pemahaman matematis penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat menghubungkan. Menurut Ausebel belajar akan menjadi bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai  dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa,sehingga siswa dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan keadaan lain sehingga belajar dengan memahami. kognitif yang dimiliki.
6.      Implementasi Penggunaan Media Lks pada Materi Pemehaman Luas daerah Trapesium
Lembar kerja siswa merupakan salah satu alat jenis bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran fisika. Segara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksnaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembar kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sagat baik digunakan menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik digunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
Tujuan Penggunaan LKS dalam proses belajar-mengajar yaitu: a) Memberi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik b) mngecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan, c) mengembengkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
Suyitno, (1997:40) Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a)      Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
b)      Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
c)      Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
d)     Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran
e)      Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
f)       Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis

B.     Kerangka Berfikir
Upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika, pada materi pemehaman konsep luas daerah trapesium guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang membuat siswa lebih berfikir kritis, efektif dan inovatif dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Hasil belajar mengenai pemahaman siswa pada materi pemahamn kinsep luas daerah trapesium, selama ini belum mencapai hasil yang memuaskan. Menurut Piaget, hal ini terjadi karena belum adanya penggunaan media yang memadai. Pada umumnya, usia siswa kelas IV Sekolah Dasar masih dalam tahapan operasional konkret sehingga sangat memerlukan alat peraga untuk menanamkan konsep. Di lapangan siswa mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda sehingga seorang guru harus bisa memfasilitasi dimana nanti akan terjadi suasana pembelajaran berpusat sama siswa atau student Centered.
Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran matematika tentang konsep luas trapesium melalui media LKS. Dengan sembilan tahapan cara pengerjaannya dimana kesembilan tahapan ini menjadikan indikator penilaian dalam kinerja siswa