CONTOH LATAR BELAKANG PENELITIAN SKRIPSI TEKNIK PENILAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Penelitian
Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua aspek utama demi tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran; dimana keduanya secara komprehensif tercakup dalam suatu proses pembelajaran. Mengajar merupakan “kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar” (Syah, 2010, hlm 217). Sedangkan pembelajaran merupakan suatu interaksi instruksional antara guru dengan siswa.
Guna mendapatkan kebermaknaan pada hasil belajar siswa, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, perlu untuk merancang suatu kegiatan pembelajaran sebaik mungkin, “...dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan suatu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar” (Herliani dan Indrawati, 2009, hlm. 10). Ketiga komponen tersebut merupakan suatu kesatuan utuh, saling terintegrasi sebagai suatu sistem yang saling mempengaruhi dan berperan penting. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :



Evaluasi hasil belajar merupakan satu dari ketiga komponen pembelajaran. Kedudukan evaluasi dalam pembelajaran sama pentingnya dengan dua komponen lainnya, sebagaimana dikemukakan oleh Arifin (2009, hlm. 2).
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan (feed back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.

Istilah evaluasi dalam pembelajaran pada konteks penggunaannya selalu bersinggungan dengan istilah penilaian dan pengukuran. Tidak sedikit muncul perbedaan pemahaman terhadap makna istilah-istilah tersebut. Arifin (2009, hlm. 2) mengemukakan bahwa “pada hakikatnya, secara konsepsional istilah-istilah tersebut berbeda satu sama lain, tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat.” Selanjutnya dikemukakan bahwa  evaluasi meliputi penilaian dan pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dengan menggunakan tes sebagai instrumen pengukuran dan bersifat kuantifikasi dimana hasilnya berupa angka, sedangkan penilaian adalah segala bentuk pengumpulan nilai atau informasi yang dapat diinterpretasikan; dimana hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan (Arikunto, 2008; Arifin, 2009; Sudjana, 2006). Berkaitan dengan ketiga istilah tersebut, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada istilah penilaian.
Apa yang dimaksud dengan penilaian dan mengapa penilaian begitu penting? Penilaian memiliki banyak makna. Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Gronlund (dalam Arifin, 2012, hlm. 4) mengartikan “penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana  peserta didik/siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.” Penilaian diperlukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh Prihantoro (2010, hlm. 15).
Ketidaksesuaian antara tujuan, pembelajaran dan asesmen dapat menimbulkan masalah. Jika penilaian (assesment) dibuat tidak berdasarkan tujuan, maka hasil asesmen tidak dapat mencerminkan tujuan pembelajaran. Demikian juga, apabila pembelajaran tidak sesuai dengan asesmen yang digunakan, bagaimanapun kualitas pembelajarannya, tidak akan memiliki manfaat bagi siswa dalam mengerjakan asesmennya.

Seiring dengan terus bergantinya kurikulum yang diberlakukan dalam proses pembelajaran di Indonesia, paradigma terhadap penggunaan teknik penilaian mengalami perubahan;dimana penilaian berorientasi pada proses lebih diutamakan. Berkenaan dengan perkembangan konsep penilaian pendidikan pada saat ini yang menunjukkan ke arah yang lebih luas, Sudjana (2006, hlm 1) menyatakan bahwa perkembangan konsep penilaian tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut :
  1. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul.
  2. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik masukan proses maupun masukan pengeluaran.
  3. Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.
  4. Mengingat luasnya tujuan dan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga alat penilaian bukan tes.

Sejalan dengan karakteristik pendidikan saat ini, yang menempatkan penilaian berorientasi proses sebagai penilaian utama, guru sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan proses penilaian, diharapkan memiliki kompetensi serta kapabilitas dalam perancangan serta penentuan teknik penilaian.
Penggunaan penilaian oleh guru di dalam kelas bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran yang tengah berlangsung sejalan dengan tujuan penilaian. Beragam alat penilaian dapat digunakan oleh guru, mulai dari alat penilaian berupa tes maupun alat penilaian non tes. Beberapa contoh penilaian yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan penilaian diantaranya penilaian unjuk kerja (Performance assessment), penilaian sikap, penilaian tertulis (pencil and paper test), penilaian proyek, penilaian produk, portofolio dan penilaian diri.
Begitu pula dalam pembelajaran bahasa Inggris yang mencakup empat keterampilan berbahasa, penilaian-penilaian tersebut dapat digunakan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun empat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan menyimak (listening), keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), dan keterampilan menulis (writing). Adapun tujuan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sebagaimana telah dijelaskan dalam kurikulum oleh DEPDIKNAS (2006, hal 11) adalah sebagai berikut :
Mata pelajaran bahasa inggris di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompaying action) dalam konteks sekolah. (2) memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang dimaksud dalam kurikulum, penilaian sebagai salah satu komponen pembelajaran menempati posisi fundamental di dalam proses pembelajaran itu sendiri. Selain itu, guru diharapkan dapat menggunakan beragam alat penilaian berupa tes maupun non tes untuk mendapatkan informasi mengenai siswa secara komprehensif meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan hasil wawancara terbatas dengan empat guru bidang studi bahasa Inggris di kecamatan Tawang mengenai teknik penilaian yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris, diketahui bahwa penilaian yang digunakan sebagian besar berorientasi pada hasil belajar melalui penilaian tertulis berupa pencil and paper test. Penggunaan pencil and paper test oleh guru, didasarkan pada keefektifan perancangan dan penggunaan alat penilaian pada kondisi waktu yang terbatas;dimana alokasi waktu pembelajaran berkisar antara 30-60 menit. Keterbatasan kompetensi guru terhadap penilaian berorientasi pada proses belajar siswa pun menjadi salah satu faktor penggunaan pencil and paper test sebagai alat penilaian utama dalam pembelajaran. Akan tetapi, selain penggunaan tes tertulis diketahui terdapat dua guru yang menggunakan penilaian portofolio sebagai alat penilaian non tes dalam pembelajaran bahasa Inggris. Penggunaan penilaian portofolio ini, hanya digunakan pada tema tertentu dan alokasi waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Selanjutnya, diketahui pula bahwa terdapat satu guru yang menggunakan penilaian diri sebagai alat penilaian alternatif non tes dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai alat bantu penilaian  pencil and paper test. Penilaian diri ini digunakan guru sebagai bahan referensi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam menilai kompetensi dirinya terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut diketahui hanya terdapat satu guru yang melaksanakan penilaian diri. Penilaian diri merupakan “suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari dalam suatu mata pelajaran” (Jihad A dan Abdul H, 2013, hlm. 116). Penilaian diri sebagai penilaian non tes melibatkan siswa secara aktif untuk menilai dirinya sendiri dan ini sejalan dengan pandangan Sudjana (2006, hlm. 1) bahwa “penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.” Oleh karena itu, peneliti melaksanakan penelitian terhadap pelaksanaan penilaian diri untuk memberikan deskripsi terhadap teknik penilaian diri sebagai alat penilaian non tes yang dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas guru dalam pelaksanaan penilaian yang berorientasi pada proses pembelajaran.

Share this

0 Comment to "CONTOH LATAR BELAKANG PENELITIAN SKRIPSI TEKNIK PENILAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR"

Posting Komentar