Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI. Tampilkan semua postingan

CONTOH BAB I PENDAHULUAN ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA YANG MENYONTEK SAAT ULANGAN


BAB I



PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Penelitian
Pendidikan diarahkan untuk terbinanya manusia yang melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri, yang dalam pengambilan keputusannya dapat mempertimbangkan dan melaksanakannya sendiri.
Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda dan hal itu pulalah terlihat sebagai pelancar sekaligus penghambat  proses penyerapan ilmu yang diajarkan. Sehingga guru dituntut untuk mengajar sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapinya, agar memudahkan siswa untuk menyerap pelajaran yang disampaikan guru.
Gaya belajar adalah sesuatu yang penting agar proses belajar bisa menyenangkan dan hasilnya pun memuaskan. Seringkali orangtua atau pengajar memaksakan suatu gaya belajar yang tidak cocok bahkan tidak disukai anak atau murid. Padahal gaya belajar merupakan kunci sukses untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Sekali saja kita mengetahui gaya belajar, maka jutaan ilmu akan mudah kita serap. (Yunsirno, 2010, hlm. 114).

Selaras dengan itu, Bobbi DePorter (2010, hlm.110) pun mengungkapkan bahwa gaya belajar merupakan kunci:
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika telah menyadari bagaimana diri pribadi dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, setiap orang dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gayanya sendiri.
Gaya belajar yang cocok dan pas tentu akan memudahkan memahami dan menyerap pelajaran. Dan tentu ketika dihadapkan pada sebuah ulangan, mereka akan mudah mengerjakan soal-soal tersebut dengan pemahaman yang telah diserapnya saat belajar tanpa harus bertanya lagi pada temannya, meminta jawaban saat ulangan atau menyontek sekalipun.
“Menyontek pada bidang akademis melibatkan berbagai fenomena psikologis, termasuk belajar, perkembangan, dan motivasi” (Anderman dan Murdock, 2007, hlm. 2). Menyontek dilihat dari perspektif belajar adalah strategi yang digunakan sebagai jalan pintas untuk memperoleh hasil kognitif. Pembelajaran yang efektif melibatkan pengaturan diri (self regulatory) dan strategi kognitif. Siswa  yang menyontek tidak menggunakan kedua hal tersebut karena siswa belum mengetahui cara menggunakan strategi belajar yang efektif atau siswa sulit meluangkan waktu untuk belajar.
Mungkin kita pun sering mendengar istilah “posisi menentukan prestasi”, itulah yang sering kita pahami bahwa ketika ulangan, jika posisi siswa tidak “strategis”, maka itu akan mempengaruhi nilai mereka, karena mereka tidak akan bisa menyontek. Berbagai cara dan trik yang siswa lakukan untuk menyontek. Itulah kenyataan yang saat ini terjadi di lingkungan para siswa.
Ketika siswa dihadapkan dengan ulangan, ternyata diwarnai dengan tindakan penyontekan. Mereka dengan pintar mengatur strategi menyontek yang paling efektif. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk mengelabui pengawas yang ada di hadapan mereka. Hal yang tak perlu dilakukan jika memang siswa telah memahami dan menyerap pelajaran dengan baik sesuai cara dan gaya belajarnya masing-masing.
Pada saat ulangan yang dilakukan di kelas IV, beberapa siswa terlihat gelisah. Berpikir keras menemukan jawaban yang tepat. Adapula yang berpikir mencari cara mendapatkan jawaban dari temannya. Sekilas tidak mempercayai tindakan penyontekan terjadi di tingkat sekolah dasar, namun memang itulah kenyataan yang terjadi di lapangan. Tentu tidak sepantasnya hal ini terjadi. Pendidikan Dasar menentukan bagaimana siswa menjalani jenjang selanjutnya yang lebih tinggi. Begitu pula kehidupannya setelah menyelesaikan pendidikannya, sedikit banyak ditentukan saat di jenjang sekolah dasar. Hingga semakin menyadari bahwa kenyataan semacam ini tidak bisa dianggap hal kecil yang tidak akan berpengaruh besar pada kehidupannya nanti, justru dari sinilah masalah-masalah kecil yang lebih sering dianggap wajar ini harus diminimalisir bahkan dihilangkan sehingga tidak akan muncul masalah besar di kemudian hari.
Maka, penelitian yang berjudul “Analisis Gaya Belajar Siswa yang Menyontek saat Ulangan” dilakukan. Karena gaya belajar menentukan bagaimana siswa menyerap pelajaran setiap waktunya.

B.     Fokus Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN ................ Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Beberapa alasan mengapa akhirnya siswa menyontek saat ulangan, salah satu yang teridentifikasi adalah terkait gaya belajar. Gaya belajar seseorang menentukan bagaimana pribadi tersebut menyerap, mengatur, dan mengolah informasi baik itu dari hasil membaca, mendengarkan, atau dari apa yang dilakukannya. Sehingga fokus pada penelitian kali ini adalah kecenderungan gaya belajar Visual, Auditorial, atau Kinestetik pada siswa yang menyontek.

C.    Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana kesesuaian kebiasaan belajar dengan kecenderungan gaya belajar siswa dalam menyerap pelajaran?
2.      Bagaimana upaya guru menghadapi gaya belajar setiap siswa guna mengatasi perilaku menyontek pada saat ulangan?

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mendeskripsikan kesesuaian kebiasaan belajar dengan kecenderungan gaya belajar siswa dalam menyerap pelajaran.
2.      Mendeskripsikan upaya guru menghadapi gaya belajar setiap siswa guna mengatasi perilaku menyontek saat ulangan.

E.     Manfaat Penelitian
1.      Bagi Siswa
Siswa diharapkan tidak lagi menyontek saat ulangan. Dengan menemukan dan mengembangkan gaya belajar setiap siswa diharapkan siswa lebih mudah menyerap pelajaran sehingga memudahkannya dalam ulangan.
2.      Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam mengatasi perilaku menyontek di kalangan siswa. Diharapkan dapat memudahkan guru dalam mengajar yang harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa berdasarkan gaya belajar masing-masing siswa.
3.      Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan keterampilan melakukan layanan bimbingan terhadap siswa. Selain itu peneliti memahami bagaimana pentingnya memperhatikan kebutuhan setiap siswa dalam belajar berorientasi pada karakteristik gaya belajar masing-masing siswa.

F.     Sistematika Penulisan
Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematikasi penulisan. Latar belakang penelitian berkaitan dengan kesenjangan antara kondisi faktual dengan kondisi ideal teoritik. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti melakukan penelitian dan urgensi masalah yang dikaji pada penelitian ini. Fokus penelitian menjelaskan fokus subjek dan objek yang diteliti. Rumusan masalah penelitian merupakan analisis permasalahan yang dinyatakan dalam kalimat tanya. Tujuan penelitian menjelaskan hasil yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya. Manfaat penelitian memaparkan yang diharapkan dari penelitian bagi siswa, guru, dan peneliti.
Bab II berisi kajian pustaka, membahas tentang konsep Gaya Belajar VAK dan perilaku menyontek dalam dunia akademik.
Bab III berisi metode penelitian, menguraikan tentang metode penelitian yang dipakai, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta pengujian keabsahan data.
Bab IV berisi hasil penelitian, memaparkan hasil penelitian dan pembahasannya.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan memaparkan hasil temuan peneliti disertai interpretasi dan pemaknaan untuk menjawab rumusan masalah peneltian. Saran ditujukan kepada para praktisi pendidikan berkaitan dengan penarikan kesimpulan hasil penelitian.

CONTOH STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI TENTANG PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Option:



Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memperjelas laporan hasil penelitian, maka penyusunannya didasarkan pada struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
1.        BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
2.        BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Bab II berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
3.        BAB III Metode Penelitian
Metode penelitian berisi lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi opersional variabel, instrumen penelitian,  proses  pengembangan  instrumen,  teknik  pengumpulan data, dan analisis data.
4.        BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan berupa pengolahan atau analisis data dan analisis temuan serta dikaitkan dengan kajian pustaka yang telah dibahas.
5.        BAB V Simpulan dan Saran
Simpulan dan saran berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

CONTOH MANFAAT PENELITIAN TENTANG PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Option:

Manfaat Penelitian


Penelitian yang dilaksanakan di kelas IV ................ Kecamatan Kadipaten diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.
1.        Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan dalam menerapkan model Quantum Teaching pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV SD.
2.        Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a.         Bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa yaitu dapat memperoleh hasil belajar yang optimal dalam memahami materi pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV SD melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan model Quantum Teaching.
b.        Bagi Guru
Manfaat bagi guru yaitu untuk memperbaiki kesalahan dalam mengajar dan meningkatkan kualitas guru dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan relevan dengan kebutuhan siswa SD. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pilihan alternatif bagi guru untuk mengembangkan sistem pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan.
c.         Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan mengenai model Quantum Teaching, menambah pengalaman dalam melakukan penelitian  dan dapat mengetahui pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar dalam pembelajaran tematik khususnya pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi pada tema selalu berhemat energi di kelas IV SD.
d.        Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam melakukan penelitian yang sama ataupun selanjutnya. Dengan penelitian ini diharapkan peneliti lain dapat lebih mengembangkan penelitiannya dalam situasi yang berbeda sehingga kualitas pembelajaran dapat lebih maju dan berhasil sesuai dengan tujuan pendidikan.

CONTOH TUJUAN PENELITIAN TENTANG PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Option:


Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar dalam pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV ................ Kecamatan Kadipaten. Adapun tujuan penelitian ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1.        Untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV B .................
2.        Untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas IV A .................
3.        Untuk memperoleh informasi tentang perbedaan antara hasil belajar pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model Quantum Teaching.
4.        Untuk memperoleh informasi tentang pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pada pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV A .................

CONTOH RUMUSAN MASALAH PENELITIAN TENTANG PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Option:

Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar dalam Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV ................ Kecamatan Kadipaten.
1.        Pertanyaan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka untuk memperjelas masalah dalam penelitian ini diuraikan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a.         Bagaimana hasil belajar siswa pada Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV B ................?
b.        Bagaimana hasil belajar siswa pada Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas IV A ................?
c.         Adakah perbedaan antara hasil belajar siswa dalam Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model Quantum Teaching?

d.        Adakah pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar dalam Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV A ................?
2.        Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Untuk memudahkan penelitian, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada variabel dan sampel penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari model Quantum Teaching dan hasil belajar. Untuk model Quantum Teaching dilihat dari keterlaksanaan model tersebut yang dilaksanakan di kelas eksperimen. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif pada Pembelajaran Subtema Pemanfaatan Energi di kelas IV SD yang memadukan mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika. Materi yang dipadukan yaitu tentang energi panas, laporan hasil pengamatan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan IV B ................ Kecamatan Kadipaten. Siswa kelas IV A sebagai kelas eksperimen sedangkan siswa IV B sebagai kelas kontrol.

CONTOH IDENTIFIKASI MASALAH PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Option:



Identifikasi Masalah Penelitian
Sebagaimana latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut.
1.        Institusi terkait baik di tingkat gugus, kecamatan maupun kabupaten belum optimal memfasilitasi guru untuk mengatasi pembelajaran tematik.
2.        Pengalaman guru belum optimal dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran pada pembelajaran tematik yang dapat melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif di dalamnya.

CONTOH LATAR BELAKANG PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

Latar Belakang Penelitian


Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran serta membantu siswa dalam mencapai kedewasaan. Untuk itu diperlukan lingkungan belajar yang kondusif agar membuat siswa merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, mendukung siswa untuk aktif berpikir, mengemukakan ide-idenya, mengeksplorasi kemampuannya, melakukan pengalaman langsung baik itu berupa percobaan ataupun pengamatan yang dapat mengembangkan keterampilan ilmiah. Hal ini sejalan dengan pendapat Winataputra (2000, hlm. 4.3) yang mengemukakan bahwa:
“Lingkungan belajar yang diharapkan adalah lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan melalui pengalaman langsung atau pengamatan langsung hasilnya akan lebih baik daripada belajar dengan melalui pengalaman tidak langsung, apalagi guru mengajar hanya dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga”.

Selanjutnya menurut Suyono & Hariyanto (2011, hlm. 183) mengungkapkan bahwa “pembelajaran identik dengan pengajaran, suatu kegiatan dimana guru mengajar atau membimbing anak-anak menuju proses  pendewasaan diri”. Adapun menurut Sani (2013, hlm. 40) yang berpendapat bahwa “pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik”. Proses belajar dapat dilakukan dengan bantuan guru maupun dengan penemuan sendiri atau secara individual. Kondisi pembelajaran yang kondusif dapat tercapai dengan menciptakan keadaaan dan suasana kelas yang membuat siswa merasa nyaman dan tidak membosankan. Pengkondisian belajar yang aman, menarik perhatian siswa dan tidak adanya ketegangan akan memudahkan siswa untuk memperoleh pelajaran sebagaimana mestinya.
Pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum mempunyai peranan yang sangat penting diantaranya menuntun proses pembelajaran menjadi terarah. Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan, kurikulum senantiasa dikembangkan dari waktu ke waktu. Seperti halnya pada saat ini, kurikulum KTSP dikembangkan menjadi kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pendidikan yang lebih maju dengan mencetak siswa yang berkompeten, inovatif dan kreatif sehingga diharapkan mampu menghadapi tantangan dimasa mendatang. Kurikulum 2013 memiliki karakteristik tertentu yang cukup berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya antara lain menggunakan pendekatan scientific, berpusat pada siswa, menggunakan penilaian autentik, dan pembelajaran dilakukan secara tematik, kontekstual dan bermakna.
Pada kurikulum 2013, pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar dilaksanakan melalui pembelajaran tematik. Prastowo (2013, hlm. 223) mengemukakan bahwa “pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema”. Dalam pembelajaran ini siswa dibimbing untuk mencapai kompetensi yang saling berkaitan dalam tema pemersatu. Pembelajaran tematik dilaksanakan dalam satu hari penuh. Penerapan pembelajaran tematik menitikberatkan pada proses dan output dari pembelajaran.
Pembelajaran harus efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran yaitu untuk mengubah tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman. Untuk itu, pembelajaran yang berlangsung memerlukan perencanaan yang matang, media yang bervariasi serta sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran yang efektif dapat tercapai apabila dalam prosesnya ditunjang oleh beberapa faktor penting antara lain melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat.  Dalam hal ini, Aunurrahman (2012, hlm. 143) mengemukakan pendapatnya bahwa:
“Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik”. 

Dengan demikian, model pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam belajar sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan untuk pembelajaran tematik yaitu  model Quantum Teaching.
Model Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengubah potensi siswa menjadi sebuah prestasi. Melalui model pembelajaran ini siswa akan lebih termotivasi karena pembelajaran berlangsung dalam lingkungan yang menyenangkan sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih baik. Selain itu, karakteristik dari model Quantum Teaching adalah memperhatikan multimodalitas siswa, memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa, serta adanya penghargaan kepada siswa setelah mereka melakukan serangkaian kegiatan belajar. Unsur-unsur model Quantum Teaching terdiri dari konteks dan isi. Konteks merupakan hal-hal yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan suatu pembelajaran yang kondusif yaitu meliputi suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menyenangkan dan perancangan yang dinamis. Adapun isi menyangkut dengan penyajian materi pembelajaran dan fasilitas yang memudahkan siswa untuk belajar (Deporter,dkk 2010;Wena, 2012). Model Quantum Teaching memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan karakteristik usia SD yang berada pada tahap operasional konkrit dimana segala sesuatu dipahami melalui pengamatan dan pengalaman secara nyata. Model Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep sendiri.
Menurut Deporter (2010, hlm. 34) Asas utama model Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka Ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”. Artinya, terlebih dahulu guru memasuki dunia siswa dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan nyata yang mudah dipahami siswa kemudian memberikan pemahaman terkait materi yang akan dipelajari. Rancangan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching terdiri dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan atau lebih dikenal dengan istilah “TANDUR”. Dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat memudahkan siswa untuk memahami materi dan memperoleh hasil belajar yang optimal.
Kenyataan yang ditemukan di lapangan, pembelajaran tematik belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini terjadi karena institusi atau lembaga pendidikan baik di tingkat gugus, kecamatan maupun kabupaten belum optimal memfasilitasi guru dalam mengatasi pembelajaran tematik sehingga guru kesulitan dalam merancang maupun melaksanakannya. Dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, pengalaman guru belum optimal dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan pembelajaran. Dengan demikian, hal ini berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Adapun pembelajaran tematik yang berlangsung masih terpusat pada guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengalami secara langsung atau melakukan praktik mengenai materi yang dipelajari sehingga pembelajaran tematik dirasa kurang bermakna.
Kurangnya pengalaman siswa mengakibatkan mereka kesulitan dalam memahami materi secara lebih mendalam seperti halnya pada materi-materi pembelajaran yang menuntut adanya praktik secara langsung misalnya pada materi energi panas, membuat laporan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Selain itu, pembelajaran tematik yang berlangsung masih terkotak-kotak, kurang adanya pengintegrasian antara materi yang terdapat pada mata pelajaran yang dipadukan. Permasalahan lain yang muncul adalah lingkungan belajar yang ada seringkali kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan seluruh kemampuannya. Lingkungan belajar seringkali monoton, kurang menarik dan mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran tematik. Siswa cenderung pasif, dan hanya berperan sebagai objek belajar.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan pentingnya model Quantum Teaching dalam mencapai hasil belajar siswa yang diharapkan, maka peneliti tertarik untuk menggunakan model Quantum Teaching dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar melalui penelitian dengan judul “Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar”.