Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran diartikan sebagai
suatu proses komunikasi antara guru, siswa dan materi pembelajaran. Oemar
Hamalik dalam Hernawan dkk. (2007, hlm. 3) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran
adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan
bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran’. Proses pembelajaran akan berhasil jika komunikasi antara
guru, siswa dan materi terjalin dengan baik. Guru harus memahami tujuan apa
yang ingin dicapai oleh siswa setelah
siswa melaksanakan suatu proses pembelajaran. Jadi pembelajaran merupakan suatu
proses komunikasi antara siswa, guru, materi dan lingkungan sekitar yang
dilakukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan bakat serta minat siswa dalam
upaya mencapai suatu kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Rohman dan Amri (2013, hlm. 4)
mengemukakan bahwa “dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan
sebagai model/ teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran (manager of learning)”.
Guru yang bertanggung jawab atas efektif tidaknya pelaksanaan pembelajaran,
oleh karena itu guru dituntut
untuk kreatif dalam menciptakan ide-ide segar yang inovatif serta memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pencapaian tujuan pembelajaran
pada dasarnya ditentukan oleh penggunaan kurikulum sebagai pedoman yang akan
mengarahkan proses pembelajaran menjadi lebih teratur dan terencana. Kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari jaman ke jaman.
Hal ini tentunya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan jaman. Pengembangan kurikulum yang baru-baru ini dicanangkan oleh
pemerintah adalah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi
Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, berkarakter, kreatif, inovatif, cerdas dan mampu memberikan
kontribusi bagi kemajuan bangsa.
Prastowo (2013, hlm.
219 )“rumusan kompetensi inti dalam kurikulum 2013 terdiri atas 4 yaitu
kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti
pengetahuan dan kompetensi inti keterampilan”. Dengan kata lain kurikulum 2013 bertujuan untuk
mengembangkan
kehidupan siswa ke arah yang lebih baik dalam segi agamanya, kehidupan
sosialnya, pengetahuannya maupun keterampilan yang dimilikinya. Pembelajaran yang biasanya terpusat pada guru berubah
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa dituntut belajar aktif dan
mencari hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari tidak hanya dari
guru saja namun bisa dari manapun. Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakter diantaranya
menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna, menggunakan pendekatan saintifik,
menggunakan penilaian autentik, pembelajaran dilakukan secara kontekstual dan
tematik sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan dapat memberikan
inspirasi kepada siswa agar terdorong untuk senantiasa berpikir kritis dan analitis dalam memahami hubungan antara
materi satu dengan materi yang lainnya.
Pembelajaran tematik yaitu
pembelajaran yang dilakukan dalam satu hari penuh dengan mengaitkan beberapa
kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran berdasarkan tema tertentu. Dengan
pembelajaran tematik, maka siswa akan lebih mudah dalam memusatkan perhatian
terhadap satu tema tertentu, siswa akan mampu mengembangkan kompetensi dasar
antar mata pelajaran ke dalam suatu tema yang sama sehingga pemahaman siswa
terhadap suatu materi akan lebih mendalam. Selain itu siswa akan merasa
bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran karena mereka dapat berhubungan
dengan situasi nyata dan dapat berpikir secara menyeluruh (holistik) dalam
menghadapi suatu fenomena tanpa harus harus memisah-misahkan ilmu berdasarkan
mata pelajaran. Supraptingsih dkk. (2009, hlm. 6) mengemukakan bahwa “pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learning by doing)”. Maka dari itu,
seorang guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran tematik yang
menyenangkan dan bermakna agar siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang
berkesan sehingga hasil belajar yang diperoleh akan lebih bertahan lama. Belajar
dengan mengalami akan membuat siswa makin memahami materi pembelajaran yang
sedang dipelajarinya karena anak usia sekolah dasar masih melihat sesuatu secara
konkrit, artinya siswa sekolah dasar akan mengalami kesulitan dalam memahami
materi pembelajaran jika materi pembelajaran hanya disampaikan secara teori
saja.
Jika melihat gejala yang tampak di lapangan, proses pembelajaran yang
dilakukan lebih mementingkan pelafalan konsep daripada pemahaman konsep. Dengan demikian, proses pembelajaran yang
diharapkan akan berjalan lancar berubah menjadi proses pembelajaran yang pasif
dan tidak memberikan kenyamanan bagi siswa. Selain itu, siswa tidak diberikan
kesempatan untuk mengoptimalkan penggunaan inderanya, siswa merasa tertekan
dalam melaksanakan proses pembelajaran karena siswa tidak diberikan kebebasan
untuk mengembangkan potensinya sehingga timbul kesulitan-kesulitan belajar pada
siswa terlebih lagi dalam materi-materi yang membutuhkan pemahaman mendalam dan
harus mempraktikkannya secara langsung seperti pada materi cahaya, fotosintesis,
pembuatan laporan dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil. Dengan
demikian, hal ini bisa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena suatu
proses pembelajaran yang tidak melibatkan aktivitas tubuh hanya akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonsumsi apa yang disampaikan guru saja tanpa
mengalami langsung hal-hal yang sedang dipelajari.
Contoh-contoh fenomena
pembelajaran dilapangan
yang
demikian, jelas sangat bertentangan dengan hakikat pembelajaran dan hakikat
perkembangan anak karena potensi yang dimiliki oleh siswa harus bisa
dikembangkan secara optimal. Dave Meier (Astuti, 2003, hlm 91) mengemukakan bahwa ‘melibatkan tubuh
dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya’. Suatu pembelajaran yang
baik adalah pembelajaran bermakna yang menghendaki anak untuk aktif dan tidak hanya duduk manis mendengarkan
guru yang sedang menerangkan materi.
Ada banyak faktor yang
memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu materi, salah satu penyebabnya adalah kurang kreatifnya guru
dalam merancang proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
yang menarik, kreatif, inovatif dan dapat memberikan pengalaman bermakna bagi
siswa, sehingga ketika masuk
ke kelas, guru yang
kurang mempersiapkan proses pembelajaran akan memberikan materi alakadarnya dan tidak terencana. Tentunya jika hal ini terus terjadi, akan sangat disayangkan karena pembelajaran
menjadi kurang berkualitas, apalagi di era perkembangan
kurikulum seperti sekarang ini yang tentunya merupakan
tantangan tersendiri bagi guru-guru di Indonesia untuk dapat lebih kreatif
dalam merancang pembelajaran.
Guru harus memiliki pemahaman
yang lebih mendalam tentang karakteristik peserta didik. Menurut Rochman
Natawijaya (Satori, 2008, hlm. 2.32) ‘pemahaman yang dimaksud mencakup
pemahaman tentang kepribadian murid serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya, perbedaan individual di kalangan peserta didik, kebutuhan,
motivasi dan kesehatan peserta didik’. Proses pembelajaran perlu direncanakan dan dibangun sedemikian
rupa dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran sehingga pada akhirnya guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat
sesuai dengan
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain dan pada gilirannya dapat
diperoleh hasil belajar yang optimal.
Masalah-masalah tersebut
tentunya perlu dicarikan solusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan
kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran dapat diatasi karena pembelajaran yang
baik akan menuntut siswa belajar aktif,
kreatif dan dapat mengembangkan sikap ilmiah yang dimunculkan ketika
siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang dirancang oleh guru sesuai dengan pendekatan
pembelajaran yang efektif. Seorang
guru harus mampu merancang proses pembelajaran dengan kemasan yang menarik dan
inovatif, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan
penggunaan pendekatan pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan mampu memberikan pengalaman yang bermakna bagi diri siswa. Sebagaimana
pendapat Newman dan Logan (Mansyur, 1992, hlm.4) :
Pedoman pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang harus dilaksanakan agar proses belajar mengajar berhasil adalah
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai
hasil proses belajar mengajar, pemilihan pendekatan belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran, memilih dan menetapkan
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif, menetapkan norma atau kriteria keberhasilan.
Berdasarkan pendapat tersebut,
pedoman ke dua untuk pencapaian keberhasilan proses pembelajaran adalah
pemilihan pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif untuk
mencapai sasaran. Pendekatan pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, hal ini
memiliki arti bahwa guru-guru dapat bebas memilih pendekatan pembelajaran yang
sesuai dan efektif untuk diterapkan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran akan
membantu guru dalam menciptakan dan mengelola suatu proses pembelajaran yang teratur, terarah
dan terencana. Optimalisasi
dan penggunaan pendekatan pembelajaran
harus dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sehingga
siswa mampu mengerahkan dan menerapkan seluruh kemampuannya.
Pendekatan pembelajaran yang
dibutuhkan adalah pendekatan pembelajaran yang dapat memahami kondisi siswa,
dapat mengaktifkan seluruh siswa, dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengoptimalkan aktivitasnya dengan memanfaatkan semua indera yang dimiliki
dan mempraktikkan materi yang sedang dipelajari secara langsung. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat memaksimalkan aktivitas siswa dan memberikan
pengalaman bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran adalah pendekatan
pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) yang dapat menunjang
proses pembelajaran sesuai kurikulum 2013 yang menuntut pembelajaran tematik
yang kreatif, inovatif dan efektif. Pendekatan pembelajaran ini mampu
menggabungkan seluruh aktivitas intelektual dengan gerakan fisik serta seluruh
indera yang dimiliki dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran SAVI terdiri atas beberapa prinsip yaitu Somatis yang artinya
tubuh, Auditori yang artinya mendengarkan dan berbicara, Visual yang artinya mengamati
dan menggambarkan, Intelektual yang artinya berpikir dan merenungkan. Prinsip-prinsip
yang dimiliki oleh pendekatan pembelajaran SAVI ini harus nampak dalam proses
pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi optimal. Dengan pendekatan pembelajaran
SAVI, siswa bisa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang berkesan karena siswa
difasilitasi dengan berbagai media pembelajaran yang menarik, iringan musik
yang dapat membuat siswa merasa rileks dalam mengikuti proses pembelajaran
serta pengalaman-pengalaman belajar lain yang mungkin tidak pernah siswa
rasakan sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui kefektifan
pendekatan pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada Subtema Macam-Macam Sumber Energi. Penelitian tersebut
dituangkan dalam sebuah judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran SAVI terhadap
Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar”.
0 Comment to "Contoh Latar Belakang Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Savi Terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar"
Posting Komentar