Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI TEMATIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SKRIPSI TEMATIK. Tampilkan semua postingan

CONTOH SKRIPSI PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR TENTANG PRINSIP-PRINSIP MODEL QUANTUM TEACHING

Prinsip-prinsip Model Quantum Teaching

Dalam menerapkan model Quantum Teaching pada pembelajaran, terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Deporter dkk. (2010) bahwa prinsip-prinsip dalam model Quantum Teaching terdiri dari segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu pedoman yang dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif. Penjelasannya sebagai berikut.
1)        Segalanya berbicara
Segalanya berbicara mempunyai makna bahwa segala sesuatu dalam lingkungan belajar mulai dari rancangan maupun proses pelaksanaan pembelajaran harus mempunyai pesan belajar.
2)        Segalanya bertujuan
Selain mengandung pesan belajar, lingkungan belajar yang menyangkut rancangan maupun proses pembelajaran harus mempunyai tujuan.
3)        Pengalaman sebelum pemberian nama
Deporter dkk. (2010) mengungkapkan bahwa dalam model Quantum Teaching  siswa mengalami terlebih dahulu proses pembelajaran sebelum mereka mendapatkan nama atau konsep yang mereka pelajari. Dengan demikian, hal ini dapat memuaskan otak siswa dalam menemukan suatu konsep dan memudahkan siswa untuk memahami apa yang mereka pelajari.
4)        Akui setiap usaha
Berbagai usaha yang telah dilakukan siswa setelah mengikuti proses belajar perlu mendapatkan pengakuan. Dengan demikian, siswa akan lebih merasa puas atas usaha yang telah mereka lakukan selama pembelajaran berlangsung.
5)        Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan merupakan hal yang penting dilakukan setelah siswa mengalami proses belajar. Dengan adanya perayaan maka dapat memberikan umpan balik positif terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan siswa.
a.         Rancangan Model Quantum Teaching
DePorter dkk. (dalam Wena, 2012) mengemukakan bahwa rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching memiliki 6 tahapan yang lebih dikenal dengan istilah “TANDUR”, yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)        Tumbuhkan
Kegiatan pada tahap tumbuhkan adalah guru menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar sehingga pada akhirnya siswa menyadari apa manfaat dari proses belajar yang akan dilakukannya. Adapun strategi yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu dengan menyertakan pertanyaan, pantomim, drama video ataupun cerita. Hal tersebut dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
2)        Alami
Pada tahap alami siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Melalui kegiatan ini siswa memperoleh pengalaman yang bermakna. DePorter dkk. (2010) mengemukakan bahwa tahap alami dapat dilakukan melalui beberapa strategi yaitu dapat berupa permainan, sandiwara maupun simulasi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman dengan berbekal pengetahuan awal yang telah mereka miliki sebelumnya. Dengan demikian, suatu hal yang mungkin sebelumnya abstrak bagi siswa menjadi konkret.
3)        Namai
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penamaan konsep pembelajaran. Penamaan dilakukan dengan memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan terkait konsep yang dipelajari. Hal ini bertujuan untuk memuaskan otak siswa setelah mereka mendapatkan pengalaman yang bermakna.  Dengan demikian, siswa tidak mengalami kebingungan atas apa yang telah mereka alami. Setelah siswa mengalami sendiri konsep yang dipelajari, maka tugas guru selanjutnya adalah mengajarkan atau menanamkan konsep tersebut sehingga siswa tahu dan mengerti makna dari apa yang telah mereka lakukan.
4)        Demonstrasikan
Setelah melakukan pemberian nama terkait konsep yang dipelajari maka tahap selanjutnya yaitu memeragakan/ mendemonstrasikan apa yang telah diketahuinya pada pembelajaran yang lain (Wena, 2012). Dengan mendemonstrasikan konsep yang dipelajari, maka akan lebih memudahkan siswa untuk memahami konsep itu sendiri.
5)        Ulangi
Pengetahuan siswa akan semakin luas jika dilakukan pengulangan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DePorter dkk. (2010, hlm. 133) bahwa “Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa aku tahu bahwa aku tahu ini”. Tahap ini sangat penting karena dapat memberikan penguatan kepada siswa mengenai konsep yang telah dipelajari.
6)        Rayakan

Seluruh kegiatan yang dilakukan siswa layak untuk dirayakan dan dihargai. Karena dengan hal ini, siswa mendapatkan umpan balik terhadap proses pembelajaran yang telah diikutinya. Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan pada tahap rayakan yaitu dapat melalui pujian, nyanyian, mengadakan pameran ataupun pesta kelas dengan tujuan untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas usaha yang telah mereka lakukan.

CONTOH SKRIPSI PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR TENTANG UNSUR-UNSUR MODEL QUANTUM TEACHING

Unsur-Unsur Model Quantum Teaching

Model Quantum Teaching mempunyai beberapa unsur yang dapat menjadi faktor keberhasilan pembelajaran. DePorter dkk. (dalam Huda, 2013) berpendapat bahwa pembelajaran yang berlangsung dengan model Quantum Teaching diatur dengan memperhatikan unsur-unsur yang terbagi menjadi dua kategori. Adapun kategori Quantum Teaching terdiri dari konteks (context) dan isi (conten). Kategori konteks (contex) berkenaan dengan penaataan tempat belajar yang bersifat positif dan dapat mendorong siswa untuk mencapai kesuksesan belajar. Kategori konteks mencakup suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan perancangan pembelajaran yang dinamis. Wena (2012) menjelaskan tentang penerapan konteks model Quantum Teaching  dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1)        Suasana yang menggairahkan
Suasana belajar mempunyai peranan yang sangat penting bagi siswa. Suasana belajar yang menggairahkan dapat tercapai melalui gaya bahasa digunakan guru juga disertai dengan sikap guru yang baik, ramah, simpatik dan membuat siswa nyaman dalam belajar sehingga dapat menciptakan jalinan rasa simpati antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Selain itu, suasana kelas dengan model Quantum Teaching selalu disertai dengan kegembiraan. Kegembiraan yang dirasakan oleh siswa dapat memudahkan mereka untuk lebih siap belajar dan mampu mengubah sikap negatif yang terdapat dalam diri siswa.
2)        Landasan yang Kukuh
Landasan yang kukuh yaitu adanya kesepakatan antara guru dan siswa yang mencakup prinsip-prinsip dan tujuan yang sama, keyakinan dan prosedur yang jelas dalam kegiatan belajar dan mengajar. Adapun Prinsip-prinsip yang perlu diajarkan kepada siswa dikenal dengan 8 kunci keunggulan yaitu terdiri dari integritas, kegagalan awal kesuksesan, bicaralah dengan niat baik, hidup disaaat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes dan keseimbangan (Deporter, dkk. 2010).  Selain itu, keyakinan yang disampaikan kepada siswa bersifat positif. Kebijakan yang ditetapkan dilandaai dengan adanya kesepakatan dengan siswa. Prosedur dan peraturan dilaksanakan dengan jelas dan konsisten.
3)        Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru harus dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan minat dan  semangat belajar dengan penataan ruangan kelas yang diatur sedemikian rupa. Misalnya penempatan meja dan kursi, pencahayaan ruangan kelas dan penggunaan poster serta musik. Selain itu, media dan alat peraga serta sumber belajar yang menunjang  dipersiapkan terlebih dahulu. Penataan ruangan belajar tersebut harus tetap memperhatikan jumlah siswa agar dalam pelaksanaannya tetap kondusif dan berjalan lancar.
4)        Perancangan yang Dinamis
Rancangan terkait dengan cara guru dalam merancang pengajaran dengan memuaskan gaya belajar siswa yang berbeda-beda, meningkatkan motivasi siswa dan mengembangkan serangkaian kecerdasan siswa untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan. Pembelajaran yang berlangsung harus senantiasa memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa. Adapun gaya belajar tersebut ada yang visual (melihat), audiotorial (mendengar) maupun kinestetik (bergerak). Kemampuan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui serangkaian proses pengalaman belajar, misalnya dengan penggunaan media yang bervariasi yang tentunya disesuaikan dengan gaya belajar siswa (visual, audio dan kinestetik). Untuk membangkitan motivasi siswa salah satunya dengan cara setiap siswa diberi kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan atas usaha sendiri yang disertai dengan bimbingan guru (Usman, 2006). Motivasi merupakan salah satu langkah awal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang belajar dengan motivasi tinggi akan mampu mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajarnyapun akan optimal. Sebaliknya, siswa yang motivasinya rendah maka pencapaian kompetensi tidak akan diperoleh secara optimal. Adapun kerangka perancangan Quantum Teaching terdiri dari Tahap Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan atau “TANDUR".
Kategori yang kedua yaitu kategori isi. Kategori ini mencakup “masalah penyajian dan fasilitas (mempermudah proses belajar)” (Wena, 2012, hlm. 163). Selanjutnya menurut DePorter dkk. (2010) dalam menyampaikan materi pembelajaran, model Quantum Teaching lebih menekankan pada terciptanya interaksi dalam lingkungan belajar yang mencakup interaksi antar guru dengan siswa maupun interaksi siswa dengan kurikulum.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan konten pembelajaran diantaranya mengarahkan fokus atau memusatkan perhatian siswa. Adapun menurut Usman (2006) upaya yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian siswa yaitu dengan cara menggunakan berbagai alat peraga pembelajaran sesuai dengan materi yang dipelajari. Jika perhatian siswa sudah mulai terfokus, maka guru dapat lebih mudah mengarahkan siswa untuk mengikuti setiap tahapan pembelajaran. 

CONTOH SKRIPSI PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR TENTANG ASAS MODEL QUANTUM TEACHING

Asas Model Quantum Teaching


Menurut DePorter dkk. (2010, hlm. 34) asas model Quantum Teaching yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka” Berdasarkan asas tersebut, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan suatu pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching terdapat hal penting yang harus dilakukan oleh guru yaitu sebelum siswa memahami suatu konsep yang dipelajari, guru harus masuk terlebih dahulu dalam dunia siswa dalam arti guru harus mampu menyertakan kaitan antara konsep yang akan dipelajari dengan pengalaman nyata siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa memahami materi. Selanjutnya memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan konsep yang dipelajari. Pemahaman tersebut diperoleh melalui pengalaman langsung yang dilakukan oleh siswa sehingga mereka menemukan sendiri konsep tertentu. 

CONTOH SKRIPSI PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR TENTANG MODEL QUANTUM TEACHING

Model Quantum Teaching

a.         Pengertian Model Quantum Teaching
Model pembelajaran merupakan rancangan yang digunakan dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce dkk. (dalam Mulyana, 2012, hlm. 110) yang mengemukakan bahwa ‘model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subyek belajar, lingkungan belajar dan kurikulum’. Adapun Prastowo (2013, hlm. 68) mengungkapkan bahwa “model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu”. Dengan demikian, model pembelajaran dapat dikatakan sebagai rencana pembelajaran yang digunakan untuk merancang proses belajar untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Nurramdani (2012) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran terdiri dari sintaks atau tahapan kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip reaksi dan sistem sosial serta sistem pendukung yang tentunya ditujukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Selain itu, ciri-ciri suatu model pembelajaran yaitu mempunyai prosedur tertentu yang disusun secara sistematis, di dalamnya terdapat cara-cara untuk memfasilitasi siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang dirancang secara khusus. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak hanya dibutuhkan kompetensi guru mengenai materi pembelajaran, tetapi juga optimalisasi guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang relevan dan tepat dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran sehingga menjadi terarah dan sistematis. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut DePorter dkk. (2010, hlm. 32) kata Quantum mengandung pengertian sebagai “interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Dengan demikian, Quantum Teaching merupakan suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran untuk membantu siswa mengubah potensi dan bakat alamiahnya menjadi sebuah prestasi. Selain itu Quantum Teaching mengandung makna sebagai pemercepatan belajar yang didalamnya memperhatikan segala aspek yang dapat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun aspek pendukung tersebut diantaranya adalah menata lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk mudah memahami suatu konsep atau materi.
Model Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan. DePorter dkk. (2010, hlm. 34) mengemukakan bahwa “Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar”. Penerapan model Quantum Teaching  menciptakan interaksi-interaksi yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa. Model pembelajaran ini menggubah segala bentuk interaksi di dalam kelas maupun di sekitar momen belajar dan menghendaki siswa untuk mengalami secara langsung konsep yang dipelajari. Dengan demikian, daya ingat siswa akan lebih besar dibandingkan hanya sekedar melihat ataupun mendengar seperti yang telah dikemukakan oleh Dale (dalam Sani, 2013, hlm. 61) bahwa ‘Peserta didik mungkin mengingat 90% dari apa yang dilakukan’. Pengalaman berperan penting dalam mencapai hasil belajar (Hamalik, 2008). Model Quantum Teaching cukup efektif digunakan untuk semua jenjang sekolah terlebih untuk Sekolah Dasar.

Berkenaan dengan model Quantum Teaching, Huda (2013, hlm. 193) menyatakan bahwa “penerapan model Quantum Teaching diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh”. Mengacu pada pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka diasumsikan bahwa model Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar terlebih dalam meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

CONTOH DAFTAR PUSTAKA SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR



DAFTAR PUSTAKA


Aprilia-Nurramdani, H. (2012) Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif terhadap Penguasaan Konsep Siswa tentang Peristiwa Alam pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN 7 Ciamis Kabupaten Ciamis. Tasikmalaya : UPI kampus Tasikmalaya.
Arikunto, S. (2006)  Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2007)  Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, R. (Penerjemah) (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung : Kaifa.
Azmiyawati, C, Hadi-Omegawati, W, Kusumawati, R. (2008)  IPA 5 Salingtemas. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Depdiknas. (2007) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta : Ditjen Mandikdasmen.
Hendri-Mulyana, E. (2011) Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar . Tasikmalaya : Universitas Pendidikan Indonesia.
Hernawan, H. dan Asep. (2007) Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung : UPI PRESS.
Hildayani, R. (2006) Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.
Irawati, R. (2010) Alternatif Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD/MI terhadap Materi Membandingkan Pecahan Sederhana. Jurnal Pendidikan Dasar, 1 (8), hlm. 36-40.
Kariadinata, R dan Abdurahman, M. (2012) Dasar-Dasar Statistika Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Kemendikbud. (2013) Buku Guru Tema Selalu Berhemat Energi Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta : Kemendikbud.
Kemendikbud. (2013) Buku Siswa Tema Selalu Berhemat Energi Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta : Kemendikbud.
Lestari, P. (2012). Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Penguasaan Siswa tentang Konsep Sifat-Sifat Cahaya. Tasikmalaya : UPI Kampus Tasikmalaya.
Mansyur. (1992) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Maria, L. (2012). Pengaruh Model Somatis Auditori Visual Intelektula terhadap Hasil Belajar Konsep Pembentukan Tanah pada Pembelajaran IPA. Tasikmalaya : UPI Kampus Tasikmalaya.
Nugraha, A. Rachmawati, Y. (2006) Metode Pengeembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka.
Patmawati, H. (2011) Pemecahan Masalah Matematika di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: FKIP Universitas Siliwangi.
Prastowo, A. (2013) Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta :DIVA Press.
Priyatno, D. (2011) Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta : Andi.
Rakhmat, C. dan Solehuddin, M. (2006) Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Andira.
Rohman, M. dan Amri, S. (2013) Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Rositawaty. dan Muharam, A. (2008) Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sadulloh, U. (2010)  Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Satori, D. dkk. (2008) Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Setiartin, T. (2011) Pendalaman Materi Bahasa Indonesia SD. Tasikmalaya : FKIP Universitas Siliwangi.
Sitorus, M. (2011) Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. Medan: IAIN Press.
Sudjana, N. (2009) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, N. (2011) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012)  Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistiyanto, H, Wiyono, E. (2008) Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sumanto. Kusumawati, H. Aksin, N. (2008) Gemar Matematika 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sunaryo-Kuswana, W. (2012) Taksonomi Kognitif. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Supraptiningsih. Wahyuni. Deliyana. (2009) Tematik.  Jakarta : Depdiknas.

CONTOH BAB V SIMPULAN DAN SARAN SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kualitas peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Subtema Macam-Macam Sumber Energi di kelas IV Sekolah Dasar .................... berada pada kategori kurang efektif. Hal ini didasarkan pada perhitungan rata-rata normal gain yang mencapai 0,41. Nilai rata-rata pre test kelas IV Sekolah Dasar .................... mencapai 42,81 dan berada pada kategori sedang, sedangkan nilai rata-rata post test mencapai 66,15 dan berada pada kategori tinggi.
2.      Kualitas peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Subtema Macam-Macam Sumber Energi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang berada pada kategori cukup efektif. Hal ini didasarkan pada perhitungan rata-rata normal gain yang mencapai 0,65. Nilai rata-rata pre test kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang mencapai 44,04 dan berada pada kategori sedang, sedangkan nilai rata-rata post test mencapai 79,70 dan berada pada kategori sangat tinggi.
3.      Berdasarkan pada hasil  pengujian perbedaan nilai rata-rata post test dan rata-rata normal gain antara kelas IV Sekolah Dasar .................... dengan kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang, maka terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada pembelajaran Subtema Macam-Macam Sumber Energi antara kelas IV Sekolah Dasar .................... dengan kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang. Nilai rata-rata post test dan rata-rata normal gain kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas IV Sekolah Dasar .....................
4.      Terdapat pengaruh dari pendekatan pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar pada pembelajaran Subtema Macam-Macam Sumber Energi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang dan Sekolah Dasar .................... UPTD Pendidikan Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Terdapatnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai rata-rata normal gain antara kelas IV Sekolah Dasar .................... dengan kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang yang perbedaannya cukup jauh. Hal ini juga diperkuat oleh hasil uji perbedaan rata-rata normal gain antara kelas IV Sekolah Dasar .................... dengan kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Maka, hasil belajar siswa di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pasirmalang lebih baik dari pada hasil belajar siswa di kelas IV Sekolah Dasar .....................

B.     Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka rekomendasi dari peneliti adalah sebagai berikut :
1.      Guru hendaknya mampu mempersiapkan proses pembelajaran seoptimal mungkin dan mampu mengelola pembelajaran khususnya pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini sehingga tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan dapat tercapai. Selain itu, pembelajaran hendaknya tidak hanya menekankan pada pelafalan konsep saja namun juga pada pemahaman konsep sehingga siswa tidak hanya hafal materi tanpa mengerti maksudnya.
2.      Pembelajaran harus dirancang dengan menarik, kreatif, inovatif dan menyenangkan agar siswa merasa nyaman dan senang mengikuti proses pembelajaran, jika siswa belajar dengan nyaman dan tanpa paksaan, maka pembelajaran akan menjadi  lebih bermakna bagi siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Caranya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ingin mencoba dan melakukan hal-hal yang baru. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan SAVI.
3.      Proses pembelajaran hendaknya mampu mengoptimalkan seluruh indera yang dimiliki siswa artinya siswa belajar tidak hanya dengan mendengarkan saja apa yang diajarkan guru dan memahami materi pembelajaran secara teori saja, namun siswa belajar dengan mengerahkan seluruh fungsi tubuhnya yaitu belajar dengan bergerak, mendengar dan berbicara, mengamati dan menggambarkan apa yang dipelajari secara langsung, merenungkan dan memikirkan apa yang sedang dipelajari. Dengan adanya perpaduan fungsi Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran akan lebih berkualitas.
4.      Karena keterbatasan penelitian, yaitu pemahaman peneliti terhadap pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013 yang peneliti rasa masih baru, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai efektifitas pendekatan pembelajaran SAVI dalam pembelajaran tematik dengan persiapan, instrumen dan metodologi penelitian yang lebih baik agar diperoleh informasi mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran SAVI khususnya dalam pembelajaran tematik yang lebih akurat sehingga mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri.